Trilogi Hidup Sederhana
Mainan Oracle
690 Halaman, Bahasa Indonesia
Giharu berusaha mati-matian untuk mempertahankan perkawinannya dengan Squal, orang yang tidak pernah dicintainya, demi cinta yang lebih besar; Oracle, anaknya dan nilai yang terlanjur diyakininya.
Squal, suaminya memberikan tegangan setiap hari, menebarkan ‘api’ yang tidak pernah kecil, atas nama cinta kembali. Oracle setelah dewasa mulai mencari tahu atas dasar apa ia lahir di dunia ini? Selain bukan cinta, adakah yang lebih besar?
Sebenarnya tidak ada yang ingin disembunyikan tetapi waktu yang menghalangi. Sebelum Oracle beranjak dewasa, Giharu bukan saja cepat tua namun meyakini dirinya akan mati sebelum anaknya mengerti alasan dibalik keputusan yang diambilnya. Giharu kalang kabut—dilema, perlu tidak perlu memberitahunya. Bersama gunung, mengurai satu per satu kekusutan yang ditimbulkan dari konsepsi atas persepsi—bagai merekonstruksi sebuah mobil tua, mencopot semua onderdilnya—mencari pembebasan jiwanya atas cita-cita lama yang ingin dikejarnya kembali.
Alasan ya alasan. Menemukan kenyataan anaknya dirampas terlalu banyak oleh mimpinya yang tidak pernah dimengertinya adalah cambuk bagi dirinya.
Yum telah mengikrarkan diri mengikuti Giharu sepanjang hayatnya. Yum, perempuan-perempuan gunung dan orang-orang lereng adalah sisa-sisa wajah modernitas Giharu yang sedang berusaha ia lebur dalam cita-citanya.
Sindoro Dibalik Sumbing
652 Halaman, Bahasa Indonesia
Sumbangan yang tidak kecil; pertahanan alamiah dari perkawinan orang-orang terdekat Giharu; ibunya, Yap Sui Lien, kakaknya, JJ dan mertuanya, Farida, serta berada dalam lingkaran orang-orang yang perkawinannya tanpa alas cinta, ber-kolaborasi dalam pikiran Giharu, mau melawan nasib atau mengikuti jalan karma seperti yang dikatakan JJ?
Giharu sekolah mati-matian, bekerja mati-matian dan kawin hampir mati, ia bermaksud mencari jawaban ketiga sebelum mengambil keputusan, tak disangka ia bertemu ‘Manusia Busur’. Manusia Busur membentangkannya; jawaban seolah diterima pertanyaan hakiki mendebat — keputusan membawa implikasi ‘Giharu mau mati di tangan siapa’?
Ini kisah cinta dua mental, diawali dari sebuah mimpi, mimpi itu seperti bejana kosong yang haus untuk diisi, menggerakkan, mencari penghubung atas semuanya, dari ujung tombak galau hingga ke Temanggung tempat kedua Gunung Sindoro Sumbing bersemayam — menginjak tahun kesepuluhnya, seorang lelaki mencari ‘cinta sejati’, berdiri di ujung bukit, jarinya menunjuk, mulutnya berkata lihatlah Sindoro Sumbing!
Begitulah penemuan diri yang lembut dimulai. Sejak saat itu, Giharu merasa ada sesuatu di balik gunung itu — sebuah jalan pulang dan terlanjur menemukan cita-cita dan cinta dalam lelaki itu, mempercayainya sekokoh Sindoro Sumbing, seharum bunga mawar, lelaki itu memberi Giharu menerima, disaksikan ikan lele, pohon sengon dan hutan liar.
Lelaki itulah si manusia busur, rupanya ia memiliki ‘cakra’ lain, busur diangkat, Giharu ‘anak panah’ dilesatkan sampai ke sudut hati tempat gunung cinta abadi terbentuk.
Rinoa Karo Hope
707 Halaman, Bahasa Indonesia
Terlalu naif memang, membayangkan cinta dan cita-cita bisa diraih sekaligus di atas gunung.
Kerinduan yang tidak pernah putus untuk menghadirkan seseorang yang menangkap tikus di rumahnya, menjadi ibu ‘kehidupan’, lewat ritual dan prosesi-prosesi dalam upacara budaya dan kesenian dan lewat gejolak yang ada dalam pikirannya yang tidak pernah selesai, tiba-tiba, Giharu baru sadar, betapa ia telah jauh berjalan dari cita-cita.
Untuk sesuatu yang tidak pernah mati, penemuan rasanya menjadi tak berarti—penemuan akhirnya pecah di tengah jalan.
Kecewa diselesaikan dengan kecewa, psikologi terbalik dipakai; memulai suatu kesalahan mana tahu nanti akan lahir suatu kebenaran (?). Karena sebagian hatinya telah mati namun logikanya terus bergerak liar, marah dan menantang tata kehidupan namun, juga fair membiarkan yang jahat digumul oleh yang baik, membuktikan apakah kebenaran selamanya akan mengalahkan kejahatan?
Ternyata benar bahwa lelaki, budaya dan otaknya hanyalah belaka, Sindoro Sumbing-lah yang abadi.
Semua belum berakhir. Pekerjaan masih banyak. Masih ada gadis kecil berambut ikal berkulit coklat yang senantiasa menjaga cita-cita, kepadanyalah Giharu mewariskan cara berpikir dan berbudaya yang baru.
Comments