Titik Balik
Hidup adalah misteri. Titik balik dari suatu kehidupan yang hingar-bingar kembali sebagai manusia yang nature-nya adalah sunyi ‘kosong’ sebenarnya selalu meminta akses. Ini fakta yang tidak bisa ditentang oleh siapapun. Manusia datang dalam keadaan kosong dan bukankah harus kembali dalam keadaan kosong bukan? Titik balik adalah kesempatan manusia untuk mengosongkan diri.
Jiwa Sunyi Miniatur Alam Semesta
Pengertian ketiadaabadian kehidupan fisik termasuk segala pembangunannya dalam dimensi diri sebenarnya sejak dalam kandungan telah mempunyai akar, yang ditanam oleh pencipta yang merupakan sumber ke-alam-an kita. Ketika pemicu muncul, kesadaran meningkat, akar itu pun kembali menemukan jalan untuk tumbuh. Kita pun mulai mencari diri yang telah lama kita tinggalkan. Ini adalah fase-fase penemuan diri manusia setelah titik balik ditemukan.
Akhirnya kembali menyadari bahwa kehidupan yang indah adalah selaras dengan alam karena jiwa yang sunyi adalah miniatur alam semesta itu sendiri. Berbahagialah bagi siapa yang menemukan jalan pulang sebelum ajal menjemput.
Pemicu
Sangat disayangkan, rupanya memori manusia persis komputer, terdidik baik oleh ‘cookies’ untuk bisa melakukan sebuah aksi. Selalu dan selalu dalam diri manusia membutuhkan pemicu, maka pemicu harus dilihat sebagai penyegaran demi titik balik bisa naik ke permukaan—titik balik dibutuhkan agar manusia kembali menyadari bahwa segala sesuatu ada batasnya namun titik balik butuh pemicu yang kuat.
Pemicu yang mungkin sangat mampu mengubah sampai ke ‘arus besar’ seseorang adalah peristiwa yang terjadi seperti dalam hubungan interpesonal keluarga, pergaulan, masyarakat maupun bisnis. Mungkin diawali dari kualitas perkawinan yang buruk, pekerjaan yang kurang memuaskan atau perasaan tidak diterima dalam lingkungannya, kadang hal ini menjadi pemicu terpendam. Faktor kejenuhan karena semua akan menjadi rutinitas juga adalah pemicu terbesar pada manusia modern.
Hidup di kota besar yang didera kelelahan mental berkepanjangan karena pengejaran pembangunan fisik yang diperoleh ternyata tak bisa mengganti yang ‘hilang’ juga sangat menentukan bangkitnya pemicu. Kita masing-masing mempunyai pemicu yang sifatnya sangat pribadi.
Pembangunan Fisik
Tentang pengejaran pembangunan fisik, menurutku siapapun kini sedang mengarah ke sana. Saat sekolah belajar mati-matian dan setelah lulus masih harus bekerja mati-matian karena persaingan sangat ketat. Lalu kita mulai menyebut diri “suka kerja” “pekerja keras” agar sukses.
Bahkan untuk kasusku, aku merasa telah memacu diriku terlalu dini dan sedemikian keras sejak kecil. Mungkin inilah yang menyebabkan diriku menderita kelelahan luar biasa dan kemudian bersatu dengan pemicu lain yang akhirnya membawaku pada pengalaman “titik balik” pada usia yang masih sangat muda. Bagiku ini adalah anugerah! Aku sangat bersyukur karena bisa berada pada fase ini sebelum fisik dan daya pikirku menurun drastis karena dimakan usia.
Dan rupanya banyak di antara kita mendompleng kepentingan orang lain atas usaha pembangunan ekonomi yang kita lakukan. Bekerja mati-matian demi keluarga, demi anak sekolah di Amerika, demi perusahaan sukses. Kalau aku dulu bekerja keras dan sangat ingin sukses demi ibuku.
Apa ada yang salah untuk sebuah pengabdian dan tanggung jawab? Aku kira, bukan itu pertanyaannya karena seakan mereka menjadi penghambat kemunculan titik balik. Sebaliknya semua pengalaman harus dilihat sebagai kontribusi munculnya titik balik.
Mental Pekerja Kemanusiaan
Akar mental pelayan kemanusiaan jangan bilang tidak ada dalam diri manusia. Tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh latar belakang, kondisi keluarga, perjuangan tiada lelah yang ditunjukkan orang-orang sekitar kita dan pemicu yang memungkinkan akar ini terus menguat. Seperti isu-isu ketidakadilan dalam masyarakat, kekacauan, lingkungan yang dirusak dan hal-hal lain yang terlalu sering kita saksikan tidak sesuai dengan hati nurani. Keprihatinan mendalam dan solidaritas senasib sangat mudah menjadi sumber pemicu.
Aku akui, jiwa pekerja kemanusiaan dalam diriku sangat besar. Ini adalah salah satu pemicu terpenting pada fase menemukan titik balik dalam hidupku.
Cukup Adalah Cukup
Ketika mau (bukan tidak bisa) mengatakan cukup adalah cukup maka alam akan bekerja dan membimbing. Kesadaran-kesadaran pun muncul, preferensi pada hal-hal yang lebih hakiki akan berbaur menjadi satu, menggerakan diri. Titik balik yang menyehatkan jiwa akan membawa pada pencerahan batin apabila sudah bisa mengatakan cukup adalah cukup.
Titik balik yang tidak sehat disebabkan tidak bisa mengolah pemicu dengan baik. Keluarannya hanya ada dua kemungkinan, yaitu menjadi radikal atau apatis; tukang anti ini itu!
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Right here is the right web site for everyone who hopes to
understand this topic. You realize a whole lot its almost hard to argue with you (not that I really will need to…HaHa).
You definitely put a new spin on a subject that’s been discussed for ages.
Excellent stuff, just excellent!
Hi Simon, my pleasure. Thank you very much bro..I hope you are always waiting my article. Best!