Diversitas2: SARA
Embrio diversitas tidak seperti ilmu roket. Memerlukan Lebih dari sembilan bulan dikandung dalam bentuk perilaku dan bahkan puluhan tahun belum tentu mampu melahirkan sebuah penghargaan antarbangsa. Karena diversitas pertama kali dinilai dari warna kulitnya.
Satu-satunya cara membangun penghargaan terhadap diversitas dunia adalah dengan membangun saling pengertian antarbangsa. Pertukaran budaya lewat berbagai program harus bersifat humanis dan menyentuh ke subjeknya masalah (warga).
Memang sudah cukup banyak usaha namun tidak efektif karena apa yang dilakukan masih di level elit dan kelompok menengah keatas: ini adalah suatu pendekatan diversitas sebagai objek. Diversitas masih sebatas materi diskusi atau seminar di seantero dunia, seperti banyak acara diversitas dilakukan dengan melibatkan artis, mahasiswa, cendekia dan kelompok urban yang sebenarnya bukan sumber masalah utama. Tidak gampang membangun sesuatu yang bersifat nilai. Inisiasi diawal biasanya sudah haus pemberitaan padahal kerja saja belum dilakukan. Dunia tanpa sadar kecanduan berita dan rindu diberitakan karena dengan melibatkan orang-orang yang seperti mereka (artis, tokoh dan sebagainya) hanyalah untuk maksud melipatgandakan efek berita. Semakin yang diundang orang terkenal semakin keren beritanya padahal rumus ilmu roket tidak bisa melahirkan embrio penghargaan diversitas.
Sasaran seharusnya rakyat ‘warga’, yang jauh dari akses informasi lebih dikhususkan, informasilah yang harus mendekat ke mereka. Desa-desa, kota lebih kecil dan warga biasa. Berbagai bentuk usaha seperti kajian, diskusi antaragama pun hampir sama upayanya aku nilai. Semua masih dilakukan dilevel atas padahal masalah ada dibawah.
Beberapa pendekatan lama masih dipakai, tidak heran masalah tidak pernah selesai. Penghancuran atas nama SARA semakin bertambah dan belum ada gejala berkurang dalam waktu dekat ini. Pendekatan itu seperti menangkap seekor ular dengan memegang kepalanya saja mana bisa lagi menjinakkan ekor? Para elit lupa, kini era milenia, ekor bisa menjelma makhluk ganas dalam tubuh yang baru. Siapa yang tidak bisa memiliki pemikiran yang sangat independen pada zaman teknologi ini? Dunia harus segera menyelesaikan penderitaannya. Isu SARA, membangun keadilan untuk kaum lemah, perempuan dan anak-anak adalah pihak yang harus mendapat prioritas paling tinggi dan juga perubahan iklim.
Menanggapi isu SARA dan ISIS, seharusnya pemerintah di semua negara dan PBB bekerjasama. Menghadirkan diversitas bangsa-bangsa dan masuk ke kantong basis KEGIATAN WARGA. Sangat baik memulai dari sekolah berbasis agama, pondok-pondok dan sekolah-sekolah di kota lebih kecil atau desa. Berkesinambungan dan ketersalingan akan meningkatkan efektifitas dibandingkan semua bentuk diskusi.
Saling pengertian hanya akan terjadi apabila terjadi interaksi fisik. Menggunakan kebiasaan sebagaimana manusia hidup di dunia seperti kuliner, sastra, film, musik, olahraga, seni dan budaya adalah interaksi yang sangat mudah menyatukan warga dunia.
PBB dan bangsa-bangsa harus memaksimalkan peran kedutaan besar dan membangun mitra-mitranya. Duta besar bukan hanya untuk urusan administrasi mengurus keluar masuknya manusia. Coba lihat gedung kedutaan besar di negara kami, seperti sebuah penjara asing di kota besar. Kecurigaan dari kesombongan telah dibangun dari depan jalan. PBB harus mendorong seluruh dunia untuk membangun pemahaman “warga dunia”. Konsep warga dunia bukan isu baru. Mungkin saatnya, makhluk bumi harus memiliki KTP dunia.
Setiap bangsa memang mempunyai nasionalisme yang harus dipertahankan tetapi untuk 20 tahun ke depan, manusia lintasnegara sungguh sangat tidak mengenal batas wilayah lagi. Manusia menjadi sangat homogen karena pada saat itu dunia akan ditumbuhi ras-ras baru dari perkawinan antarsilang dan antarcampur generasi Y +1.
“NASIONALISME UMAT MANUSIA ADALAH WARGA BUMI”.
Media sosial sebenarnya luar biasa besar memberi kontribusi pada penghargaan diversitas dunia. Pengembangnya, khususnya Mark Zuckerberg sangat pantas mendapatkan Nobel. Karena lewat medsos, interaksi terjadi pada level antarwarga dunia. Proses saling mempengaruhi terjadi begitu alamiah, yang alamiah itu lebih kuat daya pengaruhnya dan lebih permanen. Biasanya, yang tidak mampu membawa paham universal akan tertendang dari dinding media sosial dan akhirnya memaksa mereka berubah pada arus universal. PBB harus memanfaatkan momentum ini dengan sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dan SESEGERA mungkin karena surplus teknologi setelah 10 tahun ke depan akan melemah kecuali impian untuk mewujudkan 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Dunia dalam 15 tahun ke depan hanya wacana. PBB punya sisa waktu berapa dari 15 tahun itu?
Diversitas pertama kali hancur karena menganggap orang lain lebih rendah dari diri kita. Inti masalah diskriminasi terletak pada ketidakmampuan bersikap adil. SARA yang dijadikan penyebab diskriminasi harus dikoreksi dan tidak relevan lagi. Selama seseorang tidak bisa adil dalam diameter 10 meter maka jangan tanya dimana keadilan setelah ia memandang sebuah jarak ‘perbedaan’ ribuan mil. Sangat teramat sulit menjangkaunya untuk ukuran seorang warga biasa.
Setelah menyadari fakta yang tidak bisa diubah bahwa manusia terkurung dalam sebuah planet bumi dengan nasib yang sama, tidak ada jalan lain bagi pengelana dunia selain harus berbagi. Sejak itu, visimu terhadap diversitas akan berkembang pesat. Penghargaanmu akan meningkat tajam, kau akan menjadi seperti manusia angin yang mampu menembus kemana saja dan singgah untuk makan dan meraup kegembiraan bersama tanpa mengenal suku, agama, ras dan golongan.
Setelah menyadari fakta yang tidak bisa diubah bahwa manusia terkurung dalam sebuah planet bumi dengan nasib yang sama, tidak ada jalan lain bagi pengelana dunia selain harus berbagi. Sejak itu, visimu terhadap diversitas akan berkembang pesat. Penghargaanmu akan meningkat tajam, kau akan menjadi seperti manusia angin yang mampu menembus kemana saja dan singgah untuk makan dan meraup kegembiraan bersama tanpa mengenal suku, agama, ras dan golongan.
Kemurahan semesta memenuhi dunia dengan diversitas yang luar biasa dahsyatnya adalah realitas yang harus disyukuri dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama secara adil. Diversitas hanya pantas dirayakan dengan tari-tarian dari aneka musik dan pakaian warna-warni namun kepolosan akan menuntun menemukan kebaikan dalam diversitas.
Dimulai dari beberapa hari yang lalu, ketika pikiranku sedang suntuk dalam rangka mencari dukungan pembangunan Candi Air Sobobanyu (irigasi gunung). Aku mulai menambah koneksi. Selama ini belum menjadi fokusku. Tujuannya simpel, aku ingin cita-cita sederhana yang aku bangun dengan hati kecil ini, dari sebuah gunung kembar Sindoro Sumbing untuk dunia yang lebih baik bisa bicara di mana saja. Sebagai penulis, tentunya lewat tulisan-tulisanku, lewat buku-bukuku. Aku sangat sangat bersedia jika buku-bukuku atau tulisanku yang bisa dijadikan materi atau alat untuk mendukung pekerjaan yang membuat dunia lebih baik. Aku sangat terbuka dengan pihak manapun di dunia dan sangat mudah melakukannya karena tidak mempunyai kepentingan komersil sama sekali.
Aku selalu percaya bahwa semua manusia adalah baik. Manusia menjadi tidak baik dari tingkat rendah sampai level 3 dalam konteks bertahan. Undangan aku kirim tanpa seleksi ketat. Mengharapkan semesta mempertemukanku dengan orang-orang yang tepat adalah usaha memanggil kepolosan anak kecil kita kembali.
Virus diversitas itu sudah menjalar dalam pikiranku sejak kecil namun pada zaman millennia ini, teknologi memberi kesempatan besar. Akun Facebook-ku yang telah mengalami beberapa kali reinkarnasi akhirnya mempertemukanku dengan seorang kawan di Pakistan. Dari sanalah virus diversitas semakin menguat dan mengubah pemikiranku tentang dunia ketiga. Aku kira dunia (PBB) pasti lebih tahu dariku dan telah memulai dari dunia ketiga. Dari Asia dan Afrika membangun dunia!
Pembangunan memang seyogianya dari tepi bukan dari pusat. Pendekatan pusat juga dipakai pemerintahan lama di negaraku namun coba tanya hati rakyat kami, puluhan ribu triliun APBD itu untuk siapa? Sepuluh tahun sangatlah tidak relevan untuk rakyat? Syukurlah kini, kami diberi presiden yang mengetahui betul kebutuhan warga, presiden kami Bapak Jokowi Widodo, kini membangun dari tepi. Dari timur negeri ini beliau membangun dan baru setahun lebih pembangunan sudah terasa oleh rakyat sampai ke lubuk hatinya.
Malam ini secara pribadi dan khusus, aku ingin merayakan keberagaman dunia dengan bertambahnya kawan-kawan baru dari berbagai belahan dunia. Yakini, kita adalah kawan yang dipertemukan semesta. Sampai detik ini, berjumlah sekitar 40 orang dari 18 bangsa. Harapan tidak muluk-muluk, tentang akan menjadi dan menghasilkan apa koneksi kita namun ini adalah tanda yang baik untuk memulai yang baik.
Inilah kawan-kawanku, dan mungkin setelah ini satu per satu akan terbang seperti angin dan yang lain datang menghampiri bagaikan embun. Terjadilah apa yang dikehendaki semesta,
∼Yasir Arafat, Pakistan, Yasir seorang dokter di Inggris. Terima kasih. Kaulah orang pertama yang membuat pandanganku berbeda. Ada harapanmu yang telah aku dengar yang pantas diperjuangkan oleh generasi kita untuk dunia yang lebih baik dan akhirnya membawaku terus mempelajari negeri ketiga. Informasi dan kondisi terkini tentang dunia ketiga yang sebenarnya adalah berasal dari jantung hati rakyatnya, berita dari media hanya penunjang. Yasir, bantu aku untuk memahami budayamu, bagaimana kalian hidup dan bertahan selama ini. Aku yakin kalian adalah bangsa yang hebat. Aku harap tidak ada ‘ikanku’ yang mencarimu tengah malam. Selamat Ulang Tahun, sukses, gembira, sehat dan selalu yang terbaik untukmu!
∼Atta Waseer, Pakistan, sahabat lamaku, yang menjadi hub bertemu Yasir. Atta, ternyata anggapanku tentang Pakistan sangat berbeda setelah banyak bicara dengan dirimu. Kau memegang nilai dalam hidupmu. Aku sangat menghormatimu.
∼Jum Dengha Benard, kau mau tahu? Tulisan ini lahir saat aku sedang goreng telur setelah bicara denganmu. Jum Dengha Benard, seorang dokter dari Kamerun. Kalau kau dan aku berdiri bersisian akan menjadi bendera warga dunia: Hitam Putih. Maaf, awalnya aku sempat kahwatir untuk melanjutkan komunikasi dan maaf sekali lagi dan untung pikiranku tidak secetek seperti pengalamanku dulu bertemu Craine, seorang warga Amerika menawarkan kepolosan dengan tulus. Setelah aku putuskan untuk terus berkomunikasi denganmu, ternyata kau punya dedikasi untuk dunia yang lebih baik. Aku mungkin tidak selalu bisa menjawab IM-mu tetapi untuk dunia yang lebih baik, warna kulit kita sama.
Teman lain di dunia ketiga (termasuk negaraku),
∼Janet DeNeefe, berasal dari Australia dan kini tinggal di Ubud, Bali, Indonesia. Janet adalah pendiri dan direktur Ubud Writers and Readers Festivals dan Erik Koenen, warga Australia tinggal di Jakarta, Indonesia.
∼Lingzi Huang, Beijing, China, aku belum bisa bicara apa-apa heee…Pir Ibkar Ali Shah, dari Pakistan, terima kasih atas banyak video lucu yang kau posting dan sedikit membuat wajahku tidak terlalu kaku Vijaylakshmi Raghavan, dari Nasik (Nashik), India, kau sangat ramah dan mencintai keluarga Anan Tawin, dari Singapore, sukses untukmu selalu Lili, Thailand, terus semangat dan gembira ya! Devinder P Singh, dari Chandigarh, India dan beberapa kawan di Bhutan, Pakistan dan China yang sudah terkoneksi sebelum ide ini terbentuk.
∼Angela Patchell, seorang penerbit di UK, engkau tahu aku sedang mencari mitra di LN dan sampai tulisan ini mendarat aku belum pernah berbicara kepadaku menyangkut hal ini, mungkin aku ingin membiarkan dirimu menemukan esensiku sebagai penulis. Angela, merupakan hubku bisa bertemu Dominic Lloyd dari Irlandia.
Kemudian dari Angela Patchell, Dominic dan terus berkembang ke,
∼Dominic Lloyd, Hi Dominic! Walau kau tinggal di tempat yang jauh tetapi dapat kurasa kau pribadi yang hangat.
∼Jóhann S Vilhjálmsson, dari Iceland, ketahuilah Jóhann, betapa aku ingin merasakan bekunya dunia di Iceland agar aku tidak lupa perannya matahari memberi kehidupan. Aku sudah beberapa kali mengutip tentang Iceland dalam bukuku, mudahan berjodoh bisa bertemu suatu hari di Iceland.
∼Irina Lutina, dari Barnaul, sebuah kota yang berlokasi di sepanjang Ob River, bagian barat Siberia Plain di Rusia, negaramu pasti sangatlah indah, apa ada yang tidak indah tentang Rusia? Tidak ada!
∼Hans Reefman, yang sangat bertalenta. Aku mencari datamu di FB tetapi tidak menemukan, tempat tinggal dan asalmu sangat penting dalam diversitas namun setelah aku kunjungi websitemu kau adalah angin sehingga kau harus memakai penutup kepala seperti jubah milik seorang rahib. Kau mau terbang kemana dan sedang bersembunyi di botol cat kuku ya? Han Reefman adalah seorang otodidak polish painting dan data yang aku dapat ia menyelesaikan sekolahnya di Paris.
∼ Boguslawa Marczakiewicz, seorang kawan lain lagi, bagaimana aku memanggilmu? Maafkan tata bahasaku terbatas. Terus terang aku bingung dengan tulisan di FB-mu, mbah google bisa terjamahin sih namun aku lebih percaya hatiku, kau memang kontakku yang kedua dari Irlandia.
Kita bergeser ke benua Amerika dan Eropa yang lain,
∼ Alison Armstrong, di Manhattan, US, Wuihhh, Manhattan…berilah aku pandangan tentang kegagahan kotamu?
∼ Frank Heinz Schroeder, Duisberg, Jerman, Stephen Bastide, Boston, Massachusetts, Judith Treszkay, dari Hongaria, Heidi Murphy, Laconia, New Hampshire, Townsend Walker, California, Cheryl Galloway, Warringthon, UK, Erika de Padua, Brasil, Cathy Breslaw, San Diego California, Эд Флеминский, Alanya Turki, bagaimana aku mengeja namamu kawan? dan John Heartfield Exhibition dari Berlin, Jerman yang dua menit lalu bergabung sejak tulisan ini mau dipublikasikan.
∼Glanysi Pearce di Sydney, kau masih satu-satunya teman dari Australia, walau ada sahabat baikku Maryah sedang kuliah di sana.
Menakjubkan! Aku terpaksa harus akhiri tulisan ini. Secara perlahan teman terus bertambah dengan rencana 5-10 orang per bangsa agar koneksi berkualitas. Kalian tahu, temanku di FB hanya sekitar 223 orang dan tidak berharap mencapai ribuan. Aku termasuk orang yang tidak mampu membangun relasi dalam sekawanan orang.
Malam ini juga aku merayakan keluar dari gua persembunyian dalam arti yang lebih serius. Selama ini aku memang menulis dan bekerja dalam keheningan gunung dan diam-diam. Ketika menemukan alasan di luar diriku yaitu tentang cita-citaku mendukung kelompok kecil (agar dunia lebih baik dari diameter terdekatku) bukan hanya keluar gua, sayap pun bisa aku kepak. Inilah saatnya aku muncul dan akan berdiri di sebuah mimbar untuk berbicara kepada peradaban. Apa yang aku katakan, sudah ada dalam visiku 4 tahun lalu bahwa akan lahir sebuah masterpiece dunia dari warga biasa. Diakah aku atau akukah dia? Atau ada di antara kita?
Semua proses ini butuh waktu lama. Embrionya sudah di rahim. Kini saatnya menantang kepolosan. Apakah aku sudah berani mengambil kesimpulan bahwa kepolosanku akan melahirkan gulai dengan kepala ikan lain yang akan menari-nari karena perjalanan masih panjang?
Ini tulisan seri ke-2 diversitas. Baca seri ke-1 Diversitas: Polos, seri ke-3 Diversitas: Kapok, dan seri ke-4 (selesai) Diversitas: Murah Hati.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
I see your site needs some unique articles. Writing manually is time consuming,
there is tool for this task. Just search in g00gle for – rilkim’s tips
It is appropriate time to make some plans for the future
and it is time to be happy. I have read this post and if I
could I desire to suggest you few interesting things or advice.
Perhaps you can write next articles referring to this article.
I desire to read more things about it!
I have been gone for some time, but now I remember
why I used to love this site. Thank you, I will try and check back more often. How frequently do
you update your website?
Hiya, have you at any time wondered to publish regarding Nintend or PS handheld?
I do not understand your mean..
A very informative article and lots of really honest and forthright comments made!
Thiis certainly got me thinking about this issue, nice one all.
Hi Ruben, thank you so much.
What your declaring is absolutely true. I know
that everyone need to say the similar factor, but I just
feel that you set it in a way that everybody can comprehend.
I also llve the images you place in right here. They suit so well with what youre artempting to say.
Im sure youll attain so quite a few folks with what youve received to say.
Third war is close..
Businesses are erasing the boundaries between nations and
as a result, communication compete with the essential part in expanding your reach as entrepreneur.
Communication, in this quandary, is the knack to spell out
between any language doublet there is and the transfiguration services explode
has made it disinterested easier. You righteous be enduring to make steady the company you trust your transference offers fair help, which
can be verified through checking the reviews of the particular one.