2019 Ganti Kelamin
Meme “2019 Ganti Kelamin” marak menghiasi media sosial sampai hari ini. Netizen pun dengan mudah menebak pihak mana yang dituju. Meme “2019 Ganti Kelamin” sengaja dibuat untuk menyindir suatu kelompok yang dianggap PENGECUT. Bahasa pasaran pengecut adalah ‘BANCI’. Kelompok yang dimaksud mengganti kelamin adalah para tokoh yang berjenis kelamin laki-laki diminta ganti kelamin jadi perempuan, karena perilakunya tidak laki-laki banget. Beberapa tokoh di dalamnya bahkan sudah dipakaikan baju perempuan seperti daster, rok dan dipersepsikan sudah bergincu dan memakai hak tinggi; ini tentang orang-orang pengecut.
Namun, satu hal yang menarik dari sini adalah bahwa kelompok itu mewakili para tokoh politik dengan tampilan fisik yang nyaris sempurna. Pamor ‘jantan’ yang melekat pada tubuh mereka yang atletis dan gagah telah dijatuhkan oleh kelompok kerempeng dan apa adanya. Keperkasaan lelaki zaman now benar-benar sudah tidak berkorelasi dengan karakter gentleman lagi gara-gara tingkah laku mereka. Sangat wajar kalau netizen berteriak agar status genitalnya diganti. Para bencong pun ikut bereaksi dengan membuat video yang mengejek kejantanan mereka. Singkat kata, gara-gara mereka, zaman pencitraan yang mengatrol keperkasaan laki-laki identik berjiwa ksatria mengalami pergeseran nilai. Masyarakat semakin mempercayai bahwa yang apa adanya terasa lebih tulus sementara ketulusan dibutuhkan untuk menopang hidup yang lebih panjang.
Seorang pengecut biasanya juga seorang pecundang, oportunis, egois, penakut, tidak mampu bersikap jujur dan apa adanya, cenderung menipu diri dan hidup dalam kepalsuan. Kalau mereka dalam persaingan maka mereka mau menang tidak mau kalah sehingga segala cara mereka tempuh. Mereka sama sekali tidak peduli dengan harga diri dan kehormatan. Sesungguhnya mereka itu adalah budak apa yang ingin mereka raih.
Dalam pertarungan politik di Indonesia, mereka mengorbankan kepentingan bangsa dan negara. Merek dagangannya “AGAMA”. Jadi, kita bisa simpulkan kualitas kepemimpinan seperti apa yang bisa mereka tulis dalam sejarah bangsa ini. Jangan harap ada perubahan konstruktif yang akan mereka lakukan!
Sudah tidak terhitung kekacauan yang kelompok pengecut telah perbuat. Bermula dari sebuah buletin hoax pilpres 2014, tindakan persekusi dan pengerahan preman saat pilkada DKI 2017 dan berbagai aktivitas yang jejaknya digitalnya masih terasa segar dalam ingatan kita sebut saja kejadian seorang perempuan dipersekusi di CFD serta sebaran hoax yang tak terkira jumlah dan tingkat kejahatannya. Isu PKI, aseng, kafir, utang dan terakhir memainkan isu keamanan nasional lewat dukungan terhadap aksi terorisme. Bila tujuan mereka hanya untuk mencapai kekuasaan, maka kekuasaan dengan legitimasi mayoritas tidak akan pernah mereka dapatkan karena dibandingkan yang doyan kacau masih lebih banyak yang ingin damai.
Mereka bukan sumber solusi yang bisa membawa ketenangan untuk republik ini, tetapi sumber kekacauan. Kelompok pengecut itu hanyalah jiwa linglung yang kebetulan karena ‘pintar dagang agama’ bisa duduk di jabatan publik. Bangsa ini menanggung banyak beban dari orang-orang seperti mereka yang akan dibayar generasi mendatang.
Kelompok pengecut akan terus mempercayai teori bahwa sesuatu yang terus-menerus dikatakan akan dijadikan sebuah kebenaran. Teori itu sebenarnya adalah propaganda dalam teori pertumbuhan. Dalam teori pertumbuhan, untuk jangka panjang justru hal ini akan menjebak diri mereka sendiri, karena teori pertumbuhan mengatakan bahwa semesta lewat kelompok masyarakat penyeimbang mempunyai porsi menciptakan perbaikan atau perubahan artinya selalu akan terjadi pertumbuhan di dalam kekacauan!
Jadi, kelompok pengecut akan hancur diganti dengan kelompok bertumbuh. Pertobatan yang mereka lakukan sekeras apapun tidak akan membuahkan hasil walau ada rekonsialiasi bangsa suatu hari nanti kalau maksud pertobatan untuk meraih simpati. Suatu hari nanti, kalau tidak mereka maka keturunannya yang harus membayar semua yang telah mereka lakukan dalam bentuk ANTIPATI.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.