Islamisasi
Korban melaporkan tidak bisa membayar uang honorer guru karena tidak ada dana dari negara. Seketika pikiran kotorku membayangkan tikus-tikus yang memindahkan ke kantong lain sudah kayak apa gendutnya. Bahkan hasil penelitian kami, ada sebuah sekolah negeri dimana paguyuban orang tua non Muslim gotong-royong mengurus ke Kemenag, saweran merenovasi gudang yang dijadikan ruang belajar agama serta untuk membayar gaji guru agamanya hingga hari ini.
Sekolah sengaja tidak melapor ke dinas atau Kemenag dengan berbagai narasi alasan karangan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kalau dilapor pun kasus juga belum tentu ditangani segera. Kalau hal ini bisa terjadi pada guru agama Kristen dan di sebuah sekolah negeri di kota besar, apa sulitnya ini terjadi terhadap guru-guru agama Budha dan Hindu yang sekolahnya jauh terpencil?
Islamisasi di pemerintahan juga terjadi di bidang-bidang yang lain sampai hari ini. Diskriminasi, intoleransi dan kekerasan (verbal, text, perilaku, sikap dan kebijakan) adalah satu lembar mata uang Islamisasi yang menciderai hak asasi manusia kita. Aku suka perih hatinya kalau mendengar curhat perjuangan mereka mendapatkan keadilan. Di daerah-daerah yang jauh dari sorotan media lebih mengenaskan. Seorang PNS bisa cepat naik jabatan kalau jadi mualaf. Seorang kawan cerita bapaknya dulu diangkat jadi kepala dinas tetapi SK dibatalkan karena ia tidak mau pindah Islam. Lalu aku berpikir kalau ada uang maka cerita bisa lain.
Khusus untuk bidang perizinan juga terjadi islamisasi. Ada seorang kawan tiba-tiba menjadi mualaf. Aku sudah menduga dari awal ini hanya skenario. Aku tahu ia sedang dipersulit mengurus perizinan untuk usahanya. Dugaanku benar, selang beberapa bulan setelah izinnya keluar dan entah bagaimana ketika kutanya katanya ia bukan Muslim lagi. Loh kok bisa begitu cepat?
Bahkan di pengadilan lebih kacau lagi. Awalnya aku tidak percaya ketika sanak keluargaku yang sedang mengalami suatu kasus mengatakan hukum di Indonesia bukan hanya bisa dibeli oleh uang tetapi juga oleh agama. Ia diminta konversi agama ke Islam kalau mau keputusan hakim lebih rendah dari tuntutan. Modusnya sama, ia diyakinkan ini hanya akal-akalan, bahkan ada calo-nya. Hanya perlu dijepret pakai kopiah dan baju koko dengan dilampirkan surat masuk Islam lalu disebar di media. Saudaraku sudah tahu ia nanti akan menghadapi opini publik dan menjadi makanan empuk bagi kelompok radikal yang tidak ada kerjaan apalagi ia seorang Cina. Saudaraku memutuskan tidak mau.
Akhirnya aku sangat percaya bahwa praktek islamisasi di pengadilan telah terjadi dari sejak dahulu sampai saat ini karena seorang kawan aktivitis melaporkan kepadaku. Dulu ia pernah menangani kasus seorang pria non Muslim menghamili gadis Muslim. Si pria mau tanggung jawab tetapi ia menolak diminta masuk Muslim. Sang wanita menuntut di pengadilan atas tuduhan pemerkosaan karena terdesak padahal mereka melakukannya didasari suka sama suka. Di dalam persidangan, si laki-laki diminta tanda tangan pindah agama Islam maka tuntutan bebas murni. Akhirnya ia tanda tangan dan benar dinyatakan bebas! Belakangan ia dan wanita itu menikah secara Islam, tetapi ketika ada kesempatan si lelaki mengajak istrinya kabur ke Jakarta dan bahkan kini mereka kedua-duanya pindah ke agama si laki-laki.
Tabulasi islamisasi dalam pemerintahan ada empat model dimana ada empat faktor memberi pengaruh terhadap ‘event’; (a) Non Muslim, (b) Mualaf, (c) Uang besar dan (d) Uang kecil dan masing-masing model minimal punya 2 faktor.
- Model A: Non Muslim dan ada uang besar maka urusan lancar (faktor siapa pengambil keputusan/pemilik kekuasaan tidak begitu memberi pengaruh).
- Model B: Mualaf dan uang besar maka urusan ‘bisa sangat cepat’ lancar (faktor siapa pengambil keputusan/pemilik kekuasaan tidak begitu memberi pengaruh).
- Model C: Mualaf dan uang kecil maka urusan ‘juga bisa’ lancar (faktor siapa pengambil keputusan/pemilik kekuasaan memberi pengaruh; pemimpin keracunan agama ditambah pendorong pengaruh seperti calo).
- Model D: Non Muslim dan uang kecil ya banyak doa mohon mukjizat.
Jadi dapat disimpulkan islamisasi terjadi menurut subjek karena ada calo yang doyan uang, ada kelompok yang keracunan agama baik pengambil keputusan atau yang memberi pengaruh dan ada pihak yang punya kebutuhan.
Atau dengan kata lain di dalam proses islamisasi di bidang pemerintahan terjadi karena ada pertukaran uang-agama, politisasi agama, jebakan, ancaman dan ketakutan (terhadap perubahan dan ancaman itu sendiri).
Dalam politik, agama lebih terang-terangan diperdagangkan. Puncaknya pilkada DKI. Agama disandera sebagai alat politik. Sangat miris sekali yang melakukannya mengaku membela Islam. Tentang iman dan berserah kepada Gusti bagi politikus busuk dan pejabat kebelet kekuasaan hal nonsense. JANGAN PERCAYA! Kekuasaan bagi mereka untuk menumpuk kekayaan. Dari kekayaan mereka bisa membeli demokrasi sehingga kekuasaan mereka langgeng.
Islamisasi di pemerintahan dan politik dilakukan sekelompok ‘seupil’ orang yang merasa sok suci, merasa wakil Tuhan, orang-orang suka buat rusuh, orang-orang keracunan agama, hatinya penuh kebencian, bermental kemiskinan dan orang-orang munafik yang belum menemukan dirinya. Sebagian sudah dirasuki aliran arab dan khilafah. Mengapa mereka melakukannya karena diversitas adalah ancaman. Mereka seperti merasa terbakar padahal dunia belum di neraka ketika melihat tetangganya, rekan kerjanya dan sekelilingnya berbeda dari dirinya.
Secara pribadi aku sangat sedih dengan para korban dan mereka adalah pahlawan tanpa nama atas nama keutuhan ciptaan. Aku mengecam agama disebar dengan cara keras dan dijadikan bahan dagangan dan Warga bumi mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menjaga keutuhan ciptaan Tuhan. Aku berdoa agar semua pihak yang berusaha menciptakan kerukunan dan saling pengertian serta saudara-saudara Muslim yang yang terus berjuang membawa Islam sebagai rahmat bagi dunia diberi kekuatan agar dunia semakin damai.
Kita harus sama-sama memastikan tidak boleh ada lagi penyebaran agama dengan cara-cara tidak bermartabat. Cara tersebut merendahkan agama itu sendiri dan secara universal menghina TYME. Penyebaran agama yang paling efektif lewat sikap dan perilaku hidup sehari-hari. Kalau Tuhan yang menyentuh maka agamanya kelak akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Semoga tulisan ini memberi manfaat dan sama-sama diingatkan kita berlaku melebihi yang disembah.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.