Kejutan Dua Pepaya
Hari ini aku diberi dua buah pepaya. Pepaya itu tumbuh sendiri dekat pos masuk perumahan. Aku segera membelahnya kemudian melahapnya. Satu buah pepaya ukuran botol minum habis seketika. Saat makan pepaya itu aku mulai menulis “Kejutan Dua Pepaya” sebagai teori.
Pokoknya, dagingnya kuning dan tidak bonyok. Rasanya manis. Terlintas dalam pikiran apakah perlu menanam pohon pepaya dengan taruhan potensi kegembiraanku tidak akan sebesar kalau aku memiliki pohonnya karena unsur kejutannya tidak ada. Aku baru saja membuktikan teoriku terhadap daun bawang yang kupetik dari halaman rumah. Aku punya lima kantong polybag daun bawang. Reaksiku biasa saja dibandingkan rasa senang yang kuterima dari pepaya yang pohonnya tidak kumiliki. Peristiwa memetik daun bawang terjadi bersamaan dengan buah pepaya kulihat tergeletak di atas pot pucuk merah tanpa sengaja. Seseorang telah meletakkannya.
Sebelum potongan pepaya terakhir masuk ke mulut, aku berkata kepada diriku wah wah andai memiliki 2000 meter persegi daun bawang, sehektar kebun durian atau berhektar-hektar pohon pepaya? Kupastikan hukum alam akan menghajar sistem panca inderaku, secara perlahan tetapi pasti akan keblinger makan pepaya dan pada musim durian yang biasanya kunanti-nanti malah harumnya telah membuatku mabuk sebelum menyantap dagingnya.
Teori Kejutan Dua Pepaya
Inti teori kejutan adalah keterbatasan. Hanya dengan keterbatasanlah maka kejutan bisa hadir sealamiah mungkin. Teori ini adalah anti sintesa kemapanan dalam konteks yang mau dikendalikan. Kejutan melahirkan rasa gembira. Kegembiraan itu memang mempunyai nilai yang sama tanpa melihat kondisi, gembira naik mobil mewah sama nilainya dengan naik sepeda namun hanya kegembiraan sejati mempunyai jangka hidup lebih panjang ketika diraih dari keterbatasan.
Teori Kejutan Dua Pepaya menyembah keabadian. Teori Kejutan Dua Pepaya konsentrasi pada keabadian yang bisa dipanjangkan sedikit. Demi apa? Demi manusia mempunyai periode pengalaman gembira lebih banyak dari masa susahnya. Manusia abad kini yang fokus pengejaran ekonomi mempunyai kebahagiaan yang sangat terlalu sedikit menurutku.
Rutinitas Mematikan Rasa
Salah satu perjuangan manusia melawan dirinya adalah melawan rutinitas. Teori kejutan adalah kontra produktif rutinitas. Semua yang menjadi rutinitas secara perlahan akan melemahkan kemampuan proses penciptaan namun sebaliknya dengan rutinitas pula manusia berhasil mencipta karena kesalahan terus diperbaiki.
Rutinitas menghancurkan dinding rahim misteri maka kejutan sudah pasti sulit tumbuh. Kita tahu betapa industri membutuhkan agar berbagai macam proses yang mereka rancang bisa menjadi sebuah rutinitas untuk menumbuhkan optimalisasi. Optimalisasi adalah gabungan efisiensi dan efektifitas yang menjadi andalan kapitalisasi. Industri adalah sebuah rutinitas yang paling mengerikan untuk terbentuknya kehidupan mesin.
Kehidupan sehari-hari masyarakat kini sedang berkiblat pada industri: rutinitas yang mematikan rasa.
Menciptakan Kejutan
Kehidupan kota mempunyai penderitaan tersendiri karena segala bentuk kejutan sebisa mungkin dihindari. Semua harus terencana dan tercatat kalau tidak banyak urusan jadi kacau. Orang-orang yang hidup di kota besar harus mempunyai kecerdasan tinggi untuk mengubah rutinitas menjadi kepingan-kepingan baru. Usahanya mungkin seperti sekelas mengubah air menjadi minyak, betapa sulitnya karena tidak mungkin hanya berharap pada momen-momen khusus yang hanya bisa dinikmati setahun sekali. Kadang acara liburan tahunan yang dirancang jauh hari malah mendapat ‘kejutan’ lain dengan peristiwa kematian.
Karena kejutan memberikan kegembiraan maka kejutan perlu diciptakan agar hidup tidak menjadi monoton. Hidup sederhana mengajarkan membangun kejutan tidak dengan mengganti menu nasi dengan telur cicak. Mungkin memang perlu menyimpan alat-alat masakmu yang modern dan menggantinya dengan yang sedikit lebih relevan dengan kemanusiaan kita seperti dandang nasi yang sudah teruji secara empiris membuat nasi lebih pulen, mungkin melalui itu bisa berjumpa beberapa kejutan.
Jangan sampai ada kejutan yang tidak kita ingini terjadi dalam hidup sebelum kita meraih banyak gembira karena ada masa kejutan tidak bisa diciptakan harus kita terima. Kejutan yang tidak bisa diciptakan yang membawa kesedihan adalah kematian.
Mencoba hal-hal baru seperti mengambil rute jalan yang lain, mencoba menu baru atau penampilan baru, semua itu sangat mudah dilakukan tetapi ketahuilah bahwa itu tetap sifatnya sementara saja. Tidak ada kata lain kau harus mencicil kegembiraanmu dengan tidak membiarkan dirimu terlalu ‘rakus’, ya dengan membangun sedikit keterbatasan.
Sang Pemberi Kejutan
Tidak masalah perkara siapa yang memberi kejutan, hal itu memang menambah oksigen kegembiraan dalam kejutan. Semakin penting orangnya semakin banyak membentuk volume kejutan. Kejutan dari orang-orang yang kita cintai adalah obat yang paling mujarab menegakkan daun yang patah.
Kejutan dari semesta adalah yang paling sejati. Maka kita mungkin sulit memahami ada seorang lelaki yang rela merendahkan dirinya pada titik nadir dengan mengorbankan nyawanya sendiri untuk sahabat-sahabatnya. Kejutan yang benar-benar membebaskan kemanusiaan lahir dari cinta kasih yang murni.
Aku tidak sedang kothbah Paskah. Ini bukan gayaku bicara “Kejutan Dua Pepaya” tetapi mengandung dogma. Aku hanya sedang mencoba menulis dan entah iya entah tidak bermaksud memberi ucapan Selamat Paskah karena sudah banyak tulisan aku buat tetapi ucapan belum juga terbentuk hingga Paskah lewat. Rupanya, tulisan membimbingku pada “kejutan dua pepaya”.
Jadi, beberapa waktu mendatang kuyakin masih akan diberi sukun, mendapat hasil panen cabe, buncis, labu, ubi dan pisang. Semua ini bukan pemberian dari kalangan VIP dan selalu kebetulan karena keterbatasan yang kumiliki mereka semua bisa hadir memberi kegembiraan dengan rasa VIP.
Paskah yang sejati adalah Paskah Merayakan Kegembiraan Hidup. Selamat Paskah 2015. Semoga senantiasa diberi kemampuan bergembira. Berkah Dalem.
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.