Moral Penulis
Akh! Muak sekali! Kok ada penulis membuat buku tentang “Trik Dua Menit Mampu Menulis Kreatif” atau “Kiat-Kiat Menjadi Penulis Terkenal dan Kaya Raya”? Kau cerita apa? Buku-buku ini seperti resep memasak rendang tanpa api. Buku-buku ‘memenggal otak’ seperti ini hanya ada di negeri yang sedang meregang nyawa. Sedih memang, karena justru penerbit besar memanfaatkan pembaca yang galau.
Menulis membutuhkan proses berpikir. Rambut akan memutih dan berguguran ketika kau berpikir sangat keras agar menghasilkan tulisan yang bening. Pikiran yang sesat akan melahirkan tulisan yang sesat pula. Proses pikir itu tidak terjadi dalam semalam apalagi 2 menit. Lebih-lebih menulis dengan tujuan perimbangan membutuhkan olah batin, olah laku hidup puluhan tahun. Ini berkaitan dengan pilihan-pilihan hidup yang akan dibagi. Talenta menulis hanyalah booster. Tujuan dan cita-cita dibalik tulisanlah yang menjadikannya bak permata yang layak diwariskan untuk proses berpikir dalam peradaban manusia.
Tulisan/buku sejenis fast track, komik, terus terang aku sangat menentang. Maka jangan heranlah mengapa kelompok radikal tumbuh subur di Indonesia? Menurutku berawal dari mental yang hampir sama dengan di atas, maka tulisan-tulisan hitam diproduksi tanpa rasa tanggung jawab. Pokok berpikir benar dan lurus dirusak tanpa ruang pertimbangan tersedia di sana.
Tulisan tanpa ruang reflektif sifatnya semua adalah doktrinisasi.
Tanggung Jawab Moral Penulis
Penulis silakan saja masuk jurang tetapi jangan ajak orang lain maksudku begitu. Seorang penulis mempunyai peran yang sangat strategis sekaligus genting untuk membentuk opini dalam pokok pikiran. Kalau dosa seorang dokter yang sangat komersil sudah besar maka dosa seorang penulis sangatlah amat besar.
Ini sekalian menjawab alasanku, sejujurnya aku tidak tertarik ada follower. Karena cita-cita perimbangan yang kulakukan dalam semua tulisanku mungkin saja mengandung noda. Karena diriku juga bagian dari manusia yang tidak steril bukan? Yang kuharap selalu ketika pembaca membaca bukuku terjadi dialog dalam ruang batin pembaca dengan dirinya sendiri bukan dengan aku. Aku hanyalah media penghantar listrik tetapi sumbernya bukan diriku.
Ada masa-masa kejiwaan manusia gundah-gulana dan lari pada bacaan, saat-saat itulah gelombang pikiran lebih mudah dirasuki hal-hal yang tidak baik. Pertimbangan menjadi sempit. Berhati-hatilah menjadi penulis karena seorang penulis sanggup memusnahkan beberapa generasi sampai sebuah etnis hilang di dunia.
Penyembuhan Diri
Menulis adalah proses “penyembuhan diri”. Dengan menulis semua aspek diri, pikiran, hati, jiwa, emosi dilatih secara berulang-ulang. Saat mengungkapkannya dalam kalimat turut juga keluar perasaan yang menghimpit demikian juga saat menghapusnya turut pula menghapus lukanya.
Mengenal Diri
Karena otak terus-menerus dilatih saat menulis, mata seperti baru terbuka, ternyata begitu banyak hal-hal baik dan hal-hal buruk dalam diri. Saat itu terjadi proses pengenalan diri yang intim, sampai ke bibit-bibitnya. Segala teknik boleh dicoba, seperti kita sedang mencoba membuat kue bola-bola; ukuran, fungsi bahan, cara memasak, wadah, teknik api, pengadukan, semua sudah kita ketahui dengan baik lalu diolah, mau dijadikan kue bola-bola atau siomay semua tergantung kita. Inilah indahnya menulis karena terjadi proses pengolahan diri.
Tulisan Bijak
Tulisan yang bijak adalah yang tulisan yang berimbang. Berimbang maksudnya memberi ruang bagi pembaca mengambil jarak untuk ia bertemu dan mengenal jejak-jejak pikirannya sendiri atas apa yang telah ia baca. Tulisan yang bersifat abadi menurutku mengandung unsur reflektif. Tulisan seperti selembar kaca yang dibentang, ketika membacanya wajah pikiran pembacalah yang terpantul di dalamnya bukan penulis. Penulis hanyalah seorang yang berdiri di samping tanpa visual.
Namun alangkah baiknya apabila pembaca juga mendapatkan disposisi penulis dalam konteks yang jelas.
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.