Netral Atau Bijak
Kalau kita didominasi oleh lingkaran pengaruh orang-orang cenderung baik maka kita mungkin tidak mudah percaya bahwa ada orang jahat yang benar-benar jahat. Bayangkan warna hitam yang paling kotor.
Orang jahat yang benar-benar jahat menurutku adalah teroris, koruptor, politikus kotor, para pembunuh atau kriminal kelas kakap, penjual obat-obat terlarang dan semua kegiatan pembodohan yang memainkan pola pikir, menebar ketakutan dan intimidasi adalah orang jahat yang benar-benar jahat.
Kalau Anda punya hati dan pro nasib rakyat kecil, ajakanku untuk menyikapi dinamika politik terkini dengan tidak bisa lagi bersikap netral, Anda harus bijak! Karena korban politik yang paling menderita adalah rakyat kecil.
Aku tegaskan rakyat tidak bisa lagi NETRAL menghadapi lawan Jokowi-Basuki yang sudah sangat kotor!!!! Rakyat harus BIJAK!
Bijak berarti juga cerdas dan cermat memisahkan yang jahat dan baik. Kalau Anda orang baik maka pertanyaannya mengapa tidak mau memperjuangkan orang baik? Memperjuangkan berarti harus ada “aksi nyata” yang Anda lakukan untuk mendorong hal baik terjadi! Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan!!
Perbedaan netral dan bijak sering dikaitkan dengan ada tidak kepentingan Anda di sana. Orang-orang bisnis akan memilih netral. Mereka yang sengaja tidak menggunakan hak pilih menurutku bukan netral tetapi tidak peduli! Tulisanku menyasar orang-orang yang tidak berani menunjukkan sikap terbuka atas pilihannya lewat suatu dukungan.
Pengalaman pribadiku sewaktu pilpres 2014, waktu itu aku juga sempat dilema dan khawatir bukuku tidak laku kalau aku secara terbuka mendukung Jokowi. Ketakutanku ternyata tidak terbukti. Ketika kita menyuarakan hati nurani percaya tidak semesta akan memihak!
Pada tingkat individu, persoalan ukuran baik atau buruk seolah menjadi hal yang berbeda-beda bagi setiap orang. Seorang polisi yang sedang bertugas kebetulan menangkap pelanggar lalu-lintas yang adalah keponakannya sendiri. Kalau bersikap netral ia langsung memberikan surat tilang tanpa peduli alasan dan kondisi keponakannya, kalau bersikap bijak ia tetap menilang tetapi biaya sanksi ia yang bayarkan. Bersikap netral bukan hal yang buruk tetapi bersikap bijak jauh lebih baik tetapi kebijaksanaan butuh energi ekstra.
Ukuran inilah yang sering mengaburkan orang-orang baik untuk bersikap bijak atau netral.
Kekayaan Indonesia tidak kurang sedikit pun tetapi Indonesia sangat kurang moralitas. Moralitas adalah faktor penghambat terbesar dalam kemajuan Indonesia.Sikap bijak akan berfungsi seperti pisau, tajam membedah hal-hal yang tidak bermoral, kapan harus mengiris dan kapan harus mencincang sedangkan sikap netral kau tidak mengambil bagian apapun dengan demikian kebaikan yang diberikan Tuhan kepadamu tidak membawa manfaat banyak bagi orang lain.
Swiss adalah satu-satunya negara di dunia yang bersikap netral. Indonesia juga pernah bersikap netral seperti dalam beberapa kasus internasional tetapi ingat Swiss hanyalah satu dari 195 negara dan Indonesia hanya netral untuk kasus-kasus tertentu. Artinya kalau sikap netral adalah solusi universal maka sejak dahulu sikap netral akan dipakai secara meluas.
Beberapa fakta di lapangan tentang ‘perilaku jahat’ dari lawan-lawan Jokowi maupun Basuki yang kukirim kepada temanku, aku yakin ia terkaget-kaget dan mulai berpikir betulkah sebuah sikap netral masih merupakan solusi? Ia adalah salah satu dari jutaan silent majority pendukung Jokowi-Basuki yang memilih diam dan cukup hanya bersuara di TPS.
Khususnya untuk proses pemilihan pemimpin negara atau daerah menurutku untuk zaman terbuka sekarang dimana peran rakyat akan terus membesar dalam penyelenggaraan negara maka sudah sepantasnya mendapat bobot perhatian yang sama besarnya dengan proses-proses pemilihan penting lainnya dalam hidupmu.
Kita sering tidak sadari bahwa campur tangan negara itu SANGAT NYATA mempengaruhi setiap jengkal perjalanan hidup seorang individu warga negara. Kita mungkin tidak ada nasib menjadi presiden tetapi kita bisa mendukung presiden Jokowi. Tuhan sudah memunculkan putera-putera terbaikNya, kasihan Bapak Jokowi dan Bapak Basuki, mereka dikeroyok dari segala arah. Secara pribadi aku mengutuki mereka dan menjerit agar semesta tunjukkan keadilannya sesegera mungkin.
Para silent majority, hai orang-orang baik bangkitlah! Bersuaralah secara nyata! Hati nurani kita tidak boleh tawar! Ambil bagianmu dalam Pilpres 2019 dengan dukungan nyata bukan di hati dan doa saja! Dorong pemimpin baik siapapun mereka dan khususnya Jokowi-Basuki tetap memimpin bangsa ini!
Artikel terkait ini:
Siapa tokoh yang dipersepsikan baik dan jahat oleh publik?
Kekacauan naluri.
Pendukung Jokowi-Basuki akan dibanjiri Kelompok “T” yang telah sadar betapa jahatnya lawan.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.