Rapat RPCAS-3 (2)
Aku jadi teringat dengan seorang ahli waduk yang pernah bergabung dalam tim kami. Dari bahasa inggrisnya yang encer menurutku dia sangat profesional dalam bidangnya. Sudah ahli, kaya dan mengerjakan proyek-proyek besar dan ia pasti sudah pernah memegang uang milyaran tetapi gemeter juga ketika sadar program ini dimulai dengan “kekuatan hati”. Awalnya ia sangat antusias saat rapat perdana kami di sebuah kota Jawa Tengah dan berharap segera bisa bertemu dengan semua stakeholder. Kumpulkan deh semua yang berkepentingan saya mau hadir, saya akan mendukung Giharu katanya lebih dari empat kali. Saya akan dukung Giharu! Mana? Heee..ee
Suatu hari ahli waduk menelpon dengan gelisah katanya usaha ini akan sia-sia. Teman-temannya tidak ada yang mau mendukung dan membuang waktu saja katanya. Aku berusaha meyakininya bahwa pekerjaan semesta membutuhkan pandangan yang agak berbeda, kalau bisa masuk dalam kerangka pekerjaan semesta maka akan mampu bertahan serta menemukan keindahannya. Aku menduga salah satu ketidakyakinannya terhadap program ini bisa sukses juga terkait masalah dana. Uang 3 Milyar loh…
Peristiwa dengan ahli waduk di atas kira-kira sudah enam bulan berlalu. Kemudian perbincangan dengan seorang tim yang lain, mungkin ia agak menyesal terlanjur mendukung perjuangan ini setelah mengetahui diriku tidak punya simpanan batang emas untuk membackup dana pembangunan Sobobanyu ini. Uang 3 Milyar loh…
Pada kesempatan ini aku ingin berbagi satu hal sederhana namun sangat mendasar. Pertama yang perlu diketahui Giharu bukanlah seorang builder, bukan seorang konsultan dan bahkan Giharu dalam YPG adalah sebuah gerakan. Giharu adalah manusia sekaligus konsep yang telah bertransformasi ke dalam kegunungan. Aku adalah bagian dari mereka ‘manusia-manusia lereng’ yang mencari air untuk ‘ngombe’.
Menurutku, seandainya aku atau siapapun mempunyai banyak dana namun tetap uang bukanlah solusi! Berapapun banyaknya karena uang akan habis. Itu prinsip abadi. Prinsip ini sangat mudah ditemui pada kisah seorang ayah yang menghabiskan semua hartanya namun nyawa anak perempuannya tetap tidak bisa ditolong. Panti asuhan sepanjang waktu membutuhkan donatur, pekerja sosial selalu kekurangan dana. Sebuah lembaga nirlaba mungkin saja pandai mengelola dana yang mereka peroleh namun nilai uang akan terus menurun seiring zaman. Uang tidak mampu mengikuti keinginan manusia. Jalan atau waduk dibangun tetapi jalan dan waduk kemudian membutuhkan dana pemeliharaan tidak terbatas. Dana yang berhasil membangun sesuatu akan menghasilkan kebutuhan dana lain—ini semua artinya bahwa uang tidak harus selalu dijadikan dasar untuk bergerak.
Dulu ada seorang relawan yang tidak bisa datang rapat ‘bergerak’ kalau tidak ada mobil. Jadi suatu ketika ia melihatku naik bis ke acara kami maka sejak itu ia naik motor. Memang, kendaraan, cita-cita dan mimpi, semua membutuhkan dana namun jangan lupa kita selalu mempunyai kekuatan alamiah manusia sejati. Kalau “bergerak’ secara harafiah adalah alat gerak maka sadarkah bahwa kita masih memiliki sepasang kaki yang telah menghantar kita hingga saat ini.
Kekuatan hati adalah trigger yang paling dahsyat dari alat gerak itu sendiri. Dialah yang menggerakkan kaki menolong seseorang yang sedang kecelakaan, dialah yang menggerakan diri melakukan sesuatu yang baik dan tidak baik. Uang nasibnya hanya sebagai pengikut kekuatan hati maka gerakan yang dilakukan dari kekuatan hati akan menghasilkan dana luar biasa. Ketekunan seorang pengusaha yang sukses diawali dari kekuatan hati. Inilah inti dan maksud melakukan sesuatu dari kekuatan hati. Di dalam hati tersimpan ‘cadangan dana’ yang tidak terbatas.
Mengapa kita sulit mengerti karena dunia mengajar kita agar percaya apa yang digenggam. Kalau kau punya uang di tangan hari ini maka sangat mudah dipahami kau segera bisa membeli satu kilo beras di warung untuk makan malam. Kalau kau mengatakan akan membangun rumah sementara makan saja susah maka orang akan menilaimu hidup tidak dalam koridor umum. Membangun Sobobanyu dengan kekuatan hati akan melebihi fungsi fisik infrastruktur itu sendiri.
Memiliki banyak uang memang akan memampukan melakukan banyak hal namun ada satu hal yang tidak mampu dilakukan dari kekuatan uang—memberikan hati. Kekuatan hati akan diperkecil sampai kadang lumpuh kemampuannya akibat terlalu fokus dengan uang.
Bagi siapapun agar jangan menyepelekan kekuatan hati, yang terbesar adalah dari kekuatan hati seorang ibu maka kehidupan itu ada. Saudara Ian Setiawan berbagi kepada kami di dalam rapat dan sekaligus meneguhkan Pak Kaum agar melakukan sesuatu dengan penuh keyakinan namun keyakinan harus mempunyai dasar.
Pengamen yang konsisten dalam ketidakkonsistenan saja meraih tujuan apalagi perjuangan yang konsisten dalam konsisten. Dasar teknis dan non teknis seperti usaha dan kerja keras semua tentu akan diusahakan namun dasar yang paling sah diperjuangkan adalah kedaulatan menentukan masa depan sendiri. Dari sanalah keyakinan itu bersumber.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.