Vipassana
Ada rasa yang amat mendalam dan mendesak namun tidak bisa terungkap semua. Tentang kondisi terkini ibu bapak kita Sindoro Sumbing. Dalam ruang yang sempit ini, aku banyak berdoa, biarlah mereka yang berbicara. Lampaui segala batas. Kalau batas itu rencana, keinginan tidak terkendali, akal muslihat, pembodohan, tujuan sempit yang mengatasnamakan proyek-proyek, orang-orang kecil dan semua ide dan pikiran yang lahir dari hati yang karut-marut maka tembuslah itu semua!
Aku mungkin sedikit ‘gemetar’ jadi refleks terpikir Iwa Kebo. Seorang raksasa dalam legenda Bali yang aku tulis dalam buku Trilogi Hidup Sederhana dan berharap Iwa Kebo benar-benar muncul di bumi Sindoro Sumbing. Menyatakan kemarahannya sebelum kemarahan yang sesungguhnya memecah langit.
Seperti yang kemarin-kemarin, ketika berada pada sisi yang paling romantis dalam pelukan Sindoro Sumbing, kepedihan yang hadir selalu sama. Bisikkanmu dihembuskan angin, begitu lembut ketika tiba di hatiku. Kau terus menjerit, memanggil-manggil meminta tolong. Kalian menggangguku secara personal. Kepalaku ikut merasakan sakit.
Biasanya aku banyak terdiam, sedikit kelelahan dan merunduk mendapati rumput-rumput liar yang terinjak oleh kakiku tetap hijau. Pemakluman yang tidak perlu diminta ia berikan. Namun ketika berdiri memandang jauh ke depan, di sebuah titik itu lagi: sebuah visi yang telah tertulis dalam buku tentang negeri yang masyhur. Hasil pertaniannya gemuk-gemuk. Penduduknya mempunyai “pandangan terang” walau tiada rembulan di tengah ladang.
Oh Ibu, Oh Bapak, Oh, Sindoro Sumbing bagaimana aku lakukan? Seratus meter mendaki aku sudah ngos-ngosan. Bagaimana menjaga tanah maha luas ini? Menjaganya sama artinya mempertahankan sebuah peradaban yang pro semesta sementara di sekeliling penuh ‘werno-werno’ kehidupan; mata telah tertutup hati telah membeku semua tunduk menyembah uang. Manusia telah kehilangan sisi kerennya.
Lalu aku berhenti pada sebuah batu yang berwarna kehitaman. Batu itu terlempar ketika Sindoro memuntahkan isi perutnya mungkin sekitar 1000 tahun lalu. Besarnya kira-kira 5 lima orang dewasa. Bentuknya lonjong agak memanjang. Kata orang-orang tua, desa jadi terhindar mara bahaya dari luncuran material letusan karena tertahan oleh batu itu. Kira-kira delapan bulan yang lalu aku menemukan batu itu setelah hampir 3 tahun ia tertulis di dalam bukuku.
Sebelum pindah dari Jakarta, 8 tahun lalu, dalam masa kacau itu aku sering bolak-balik Sindoro Sumbing-Jakarta. Seingatku dahulu tidak ada batu ketika melewati daerah itu yang kini dikenal Watu Gede (Batu Besar). Tidak ada ladang pertanian di atasnya, jalan sudah mentok. Kalau ingatanku benar maka batu itu terlihat olehku adalah bagian dinding Sindoro yang tersembul di antara hutan belantara, artinya Sindoro telah dirambah luar biasa luas. Namun sepertinya penduduk lokal menutup mulut karena ini merupakan aksi keroyokan terhadap alam.
Setiap kemarau panjang, tangan-tangan jahil bermain dengan asap, menjelang hujan tiba-tiba berhektar-hektar ladang yang baru telah terbentang luas namun ketika kabut menyapa pengunjung kegirangan tidak ketulungan, mulutnya terkunci hatinya yang berkata-kata, sayang sekali ya keindahan Sindoro Sumbing tidak dimanfaatkan dengan baik kata pemilik hati pengunjung.
Aku jadi ‘kaku’ ketika dengar berkoper-koper uang telah mengalir ‘tentu dengan cara halus’. Banyak ladang sudah berpindah tangan! Katanya musik padang pasir, kebab, lelaki berjenggot lebat sebentar lagi akan mudah ditemukan di gunung. Horee!! Ibu bapak akan mempunyai mantu gurun. Siapa tahu! Mungkin beberapa gadis gunung sedang mengandung anaknya. (maaf kalimat ini agak keras tetapi tidak mengandung kebencian, selama dilakukan sesuai prosedur dan legal tidak ada yang boleh dipersalahkan) Ini hanya masalah waktu, banyak zamrud nusantara akan berubah seperti kawasan Puncak dan setelah 10 tahun kemudian kita semua dibuat terkaget-kaget seperti kita kaget dengan kondisi Puncak hari ini. PEMERINTAH HARUS AMBIL TEROBOSAN SEGERA TERKAIT KEPEMILIKAN LADANG DAN PENGGUNAANNYA! Ini masalah nasib tanah, penduduk lokal, jati diri dan kedaulatan bangsa! Baca Sobobanyu Pembangunan Jiwa: Tarian Perut.
Beberapa kawan menyatakan kesedihannya melihat kondisi Sindoro Sumbing sedangkan aku sudah tidak bisa menangis lagi. Ayolah kita satukan kesedihan dan buat sesuatu untuk bangsa ini!
Tidak ada musim yang tenang bagi gunung. Dirambah penduduk lokal tanpa ampun. Diincar orang-orang untuk didirikan ‘kekotaan’ di atas gunung dan kalau kita langsung bertanya dimana aparat, dimana negara hanya akan melengkapi penderitaan ibu bapak. Mengandaikan masalah yang sama yang terus berulang dan tidak pernah selesai di negeri ini jadi ingat iklan kecap yang laris itu “SUDAH TRADISI”. Sangat menyakitkan untuk suatu bangsa yang besar yang diberkahi begitu banyak kelimpahan!
Aku mungkin kehilangan ‘pegangan ril’ dan mulai berharap yang lebih sakti sekelas Sri dan Sadono ikut campur. Kalau ini sebuah mantram jadilah mantram! Aku berseru kepada kalian hai para penjaga abadi bumi dan langit Temanggung, yang bersemayam di kaki, di lereng dan di atas Sindoro Sumbing lakukanlah sesuatu namun jangan sampai meluluhlantakkan! Karena gemuruh saja sudah cukup membuat keangkuhan dan keserakahan lari terbirit-birit.
Kita harus sangat TAKUT dengan gunung. Kisah horor di gunung itu benar-benar hidup. Alam lebih sensitif dari bayi. Alam akan murka dan bangkit melawan. Semua akan sia-sia namun sesuatu yang diperoleh dari hati yang rusak kesia-siaannya akan lebih cepat terjadi dari waktu standar alam. Seperti Lambo yang diperoleh dari uang haram kenyamanannya hanya cukup mengantar ke Tanah Kusir!
Dengan mengetahui segala sesuatu hidup tanpa perlu ada sebab di gunung seharusnya kita sadar bahwa gunung adalah tempat suci. Gunung adalah tanah yang membukit tinggi dan perutnya membuyung ke depan menunjukkan di dalamnya ada sesuatu bermeditasi. Magma yang terus dimasak adalah emosi yang terus terkumpul dan suatu hari bisa diledakkan keluar kalau sudah sangat menyiksa.
Khusus Sindoro Sumbing dan beberapa gunung lain yang terkenal daya magisnya, jangan sekali-sekali punya niat tidak baik di sana. Percaya padaku, mereka akan mengejar sampai ke turunanmu. Penduduk lokal sudah menerimanya pertama kali. Pertanian yang tidak menghasilkan, kesulitan serta pembodohan yang terus mereka terima tanpa daya adalah nasib yang telah mereka tulis selain sistem yang tidak adil.
Ide harus dilempar melampaui kecerdasan umum. Kalau ingin membangun masyarakat gunung maka yang harus menjadi dasar adalah kerelaan membiarkan alam berkembang sendiri. Gunung mempunyai caranya berbenah, kapan ia mengirim angin dan kapan akan menurunkan kabut. Gunung adalah sebuah pribadi bukan benda mati. Bahkan sesungguhnya batu itu benda hidup. Aku sudah menyentuhnya dan bisa merasakan energinya besar sekali.
Indonesia beruntung mempunyai begitu banyak gunung. PBB telah memasukkan gunung sebagai satu dari tujuh belas tujuan pembangunan berkelanjutan dunia dan ini harus membuka wacana kita dan memikirkan apa yang harus kita lakukan untuk gunung. Baca Sobobanyu Pembangunan Jiwa: Pembangunan Berkelanjutan.
Satu harapan. Tentang perempuan yang rambutnya mengeluarkan daun dan bunga, titisan Dewi Sri, yang terus memantau. Rambutnya telah menjalar dan mengikat setiap akar tanah.
Dahulunya bumi ini diselubungi kabut. Dipenuhi hutan belantara. Burung Bulbul mendominasi. Kisah pohon yang tidak pernah berbuah namun mengeluarkan getah. Sampai pada pemahaman getah itu rupanya air mata yang mengeras. Diselidiki, rupanya berasal dari pelupuk perempuan yang ujung rambutnya berdaun dan berbunga. Seekor ular putih terus dihidupkan olehnya…
Energi Temanggung seperti kabut yang menembus selimut dan mendatangimu setiap malam. Mampu membawamu pada pengalaman ‘trans’ namun diperlukan hati yang bulat. Sulit hidup di gunung dengan hati yang penuh sengketa karena di dalammu akan berperang terus! Pengalaman trans adalah pengalaman berjumpa dengan diri yang payah. Pada suatu tahap perkelahian Bharatayudha dalam diri manusia dan mugih-mugih berhasil mengendalikan Kurawa dan tiba pada sebuah pandangan terang “vipassana”.
Rambut perempuan yang ujungnya mengeluarkan daun dan bunga telah sampai ke kota-kota, mereka kini berada di bawah kolom-kolom tembok rumah dan dinding gedung, melilitmu. Kita hanya dibedakan jarak, sekali sibak ketika matahari gerah akan menggetarkan bumi persada. Siapapun yang memandang ke atas akan tunduk memukul dada.
Mohon selamatkan gunung kita lebih dari apapun! Seperti kita semua lahir dari ibu bapak. Manfaat merawat ibu bapak agar kelak panjang umur, selamat sampai tujuan.
Banyak informasi RPCAS yang sudah kami sediakan sampai hal-hal teknis di situs ini, silakan mulai dari Program Irigasi.
Semua #TurunTangan. Mohon dukung Rencana Pembangunan Candi Air Sobobanyu: Sebuah sistem irigasi gunung yang memerdekakan jiwa!
BANTU AKU UNTUK BANTU KITA. Ambil bagian dalam Program Petaru atau program kontribusi lebih besar dalam Program KNIH.
In tulisan ke-4 terkait Sobobanyu, dengan judul panjang “Sobobanyu Pembangunan Jiwa: Vipassana”.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Saya mennemukan sebuah shell ⅼaut dan memberikannya kepada
anak saya berusia 4 tahun ԁan berkata “Anda dapat mendengar laut jika Anda menempatkan ini ke telinga Anda.” Adaa kepiting pwrtapa dalam dan mencubit
telinganya. Dia tidak pernah inggin kembali!
Tolong beritahu saya.
I see you don’t monetize your blog, there is
one cool method to earn extra income, it will work with your page perfectly, just search in google for; tips and tricks by Fejlando
Hi Ericka, yup, this is monetize. Not all must be monitized..hee
Link exchange is nothing else but it is only placing the other person’s web site link
on your page at proper place and other person will
also do similar in support of you.