Wajan Urip
Perempuan menggunakan hati wanita memakai daya pikir otak. Perbedaan mereka ada pada pemahaman agamanya. Bagaimana dengan perempuan dan wanita tak beragama? Aku pastikan mereka adalah Ibu Kehidupan.
Ibu yang sempit pemahaman agamanya akan melahirkan anak yang ‘taat’ pada kelompoknya saja. Namun suatu hari, anaknya meminta maaf karena akan mengikuti agama kekasihnya agar bisa menikah. Sang Ibu sangat hancur hatinya dan tidak bisa menerima kenyataan. Sangat memungkinkan sang ibu akan terus mendoakan anaknya agar bertobat dan kembali ke agamanya. Kalau ibu tersebut bukan picik mungkin ia mempertimbangkan masalah efektivitas menjalani sebuah kehidupan yang lancar agar membuahkan kebahagiaan.
Namun kukatakan seorang Ibu Kehidupan akan keluar dari dogma keagamaannya dan mendoakan kebahagiaan anaknya demi kehidupan yang jauh lebih luas pengertiannya dan bukan karena tidak ada pilihan atau setelah dikarunia cucu. Sang ibu mungkin akan sangat menyesal kalau ternyata suatu hari cucunya malah menjadi pemuka agama-nya yang sangat disegani.
Bumi membutuhkan banyak ibu yang memahami mereka adalah satu klan dalam hal menjaga dunia yang damai dan bersahabat. Bumi tidak membutuhan agama untuk bertahan tetapi membutuhkan kearifan manusia walau ada pihak yang berjuang spesifik untuk kelestarian lingkungan atas nama agama. Sejauh pengalaman imanku sendiri dan sah-sah saja seandainya pengalamanku ini bertolak belakang dengan pengalaman iman pembaca artikel ini bahwa menurutku dogma dalam agama hanya menitikberatkan urusan baik buruk yang bermuara pada neraka—surga, kehidupan kekal—kemusnahan, kecintaanku terhadap alam dan lingkungan yang adalah penghormatan atas kehidupan itu sendiri tumbuh karena pemahaman yang dibesarkan oleh proses pengolahan hidup pada sebuah penemuan (filosofi) dan tidak berkorelasi langsung dengan pengolahan iman. Pengolahan hidup dan pengolahan iman dalam hal peran Ibu Kehidupan sangat berdiri sendiri namun dalam konteks iman mereka saling terkait.
Kebetulan, berita yang kubaca tadi pagi, MK akan mengetok nasib pasangan beda keyakinan pada siang hari ini. Apapun keputusan MK, doa sang ibu dan rasa bersalah anak menjadi mubajir karena sistem akan terus ikut campur dalam iman. Apa yang dibuat zaman kini akan diruntuhkan kembali pada zaman mendatang namun nanti akan ditegakkan kembali oleh suatu zaman. Sekali lagi menjadi seorang Ibu Kehidupan tidak terkait agama.
Wajan Urip
Anak-anak yang dilahirkan atau dibesarkan dalam konteks ini meminta peran dan fungsi Ibu Kehidupan. Sebenarnya, peran dan fungsi Ibu Kehidupan bukan terletak pada jenis kelamin atau kemampuan seseorang melahirkan tetapi pada pendidikan yang diwariskan, namun apa mau dikata, kebetinaan manusia melekat kepada perempuan. Hanya perempuan jenis kelamin betina yang diberi mandat mengemban tugas ini dan bukti mandat itu adalah selembar rahim yang tertanam dalam tubuh betinanya.
Berdasarkan logika di atas, buku Wajan Urip, yang merupakan buku Seri Buku Pencerahan Hidup Sederhana Untuk Lingkaran Keluarga, akan membahas peran sejati seorang ibu sebagaimana ibu dalam sebuah keluarga yang bertugas membesarkan anak-anaknya (Ibu Keluarga) dengan paradigma peran Ibu Kehidupan. Ibu Keluarga yang memihak pada semesta adalah fondasi peran Ibu Kehidupan berkembangbiak. Ibu Kehidupan dipastikan mampu menyanyangi anak-anak di jalan dengan hati seorang ibu yang utuh pula.
Ibu Kehidupan dalam hidupnya walau juga mengambil peran sebagai seorang lelaki namun ketika ia mati ia akan mati sebagai perempuan bukan wanita karena kebetinaannya mewarisi Ibu Kehidupan.
Ibu Kehidupan tidak pernah mati.
Dedikasi Wajan Urip
Dedikasi Wajan Urip bukan mengajarkan seorang Ibu Keluarga murtad dari agamanya dan kemudian tidak membekali anak-anaknya dengan nilai agama yang ia percayai. Sesungguhnya Wajan Urip membuka cakrawala sekaligus pertentangan terhadap penganut lain yang didasari dogma hitam putih atas apa yang ditulis dalam kitab suci mereka karena sisi spiritualitas agama yang akan dikembangkan dalam Wajan Urip.
Aku ingin mengoreksi, selama ini kita sering mengatakan setiap agama mengajarkan hal yang sama menurutku yang harus dikatakan adalah bahwa spiritualitas setiap agama adalah sama. Spiritualitas agama berisi ajaran hidup yang bersifat universal bagi perkembangan kemanusiaan dari manusia.
Buku Wajan Urip didedikasikan kepada para ibu yang sudah menerima bahwa tubuhnya hanyalah media kalau tidak mau dikatakan alat bagi semesta bekerja untuk menularkan hal-hal baik dalam kehidupan.
Latar Belakang Wajan Urip
Wajan Urip lahir dari kisah wajan ibuku sendiri. Siang malam ibuku bergelut di atas wajan. Memasak dan berjualan sepanjang hidupnya. Dedikasinya terukir lewat uap dan asap aneka masakan penuh rasa, bersama suara irus di wajan yang terus ‘bergentayangan’ mengilhami diriku untuk menyiasati mengejar keindahan hidup yang sesungguhnya.
Buku Wajan Urip rencananya akan diterbitkan bersamaan buku Sepatu Bola dan Kemeja Pink yang mana buku-buku tersebut adalah Lingkaran Pertama dalam Seri Pencerahan Hidup Sederhana. Aku memulai dari keluarga karena Ibu Kehidupan lahir dari sebuah keluarga. Doakan aku bisa menulis selalu dari keutuhan hati.
PENTING! INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Comments