Petaru Hiang
Entah bagaimana harus kukatakan, sinopsisnya saja belum selesai apalagi desain sampulnya: Ini tentang buku-buku yang masih dalam bentuk gagasan namun telah dibeli seorang teman. Maksudku mencantumkan informasi sinopsis dan sampul belum dipublikasikan karena memang buku-buku tersebut adalah prioritas kedua terbit. Prioritas pertama terbit saja belum dapat dipastikan kapan diluncurkan mengingat dana cetak belum tersedia dan buku juga belum selesai ditulis.
Pembaca khususnya yang sudah membaca buku perdanaku “Trilogi Hidup Sederhana” telah sangat berani mempercayakan kualitas bacaan mereka kepadaku. Dulu waktu menjual buku Trilogi Hidup Sederhana calon pembaca perdana masih mending membeli “sinopsis” sementara dia hanya membeli “judul”. Bahkan tidak tanggung-tanggung, dia telah memborong semua 12 judul buku. Buku-buku kelompok ketiga terbit juga termasuk di dalamnya.
Siapa Hiang?
Namaku Hiang. Begitu ia memulai perkenalanan di whatsapp. Menurutnya aku sangat keterlaluan karena ia mendapatkan bukuku di sebuah bukit. Mengapa buku sebagus ini tidak ada di toko buku terkenal komplainnya? Beberapa minggu yang lalu dia kesasar di jalan cacing yang membawanya pada sebuah daerah perbukitan, di perbukitan itulah ia menemukan bukuku, Trilogi Hidup Sederhana.
Hmn…sebuah cita-cita luhur nampaknya lebih elegan kalau ditemukan dengan ‘cara personal’.
Hiang adalah seorang pegawai toko di Parakan dekat Temanggung sana. Ia seorang penggemar meditasi. Bab satu dan dua selesai dibaca segera Hiang mengenalkan Giharu Si Perempuan Gunung kepada relasinya. Bab ketiga keempat selesai Hiang sudah membuat janji bertemu dengan seorang motivator yang sangat terkenal, Ibu Lany. Hiang akan mengajakku ke Klaten untuk menemui Ibu Lany, kata Hiang mana tahu nanti ada yang bisa dibangun dari pertemanan tersebut untuk mendukung cita-cita.
Dari Pembaca Menjadi Petaru
Kurasa persis setelah satu buku selesai Hiang pun bersedia menjadi relawan Pendukung Cita Giharu (Petaru). Hiang katanya tersihir dengan tulisanku dan tergerak mendukung cita-citaku untuk Temanggung. Aku sangat senang dan seperti harapanku semakin banyak putra-putri Temanggung terlibat dalam gerakan yang kubangun. Karena Hiang adalah orang yang membeli buku tanpa maksud membeli dan kemudian bersedia terlibat maka kuharap setelah selesai membaca bukuku semua ia tidak terjangkit ‘kegilaan’ dan nanti malah mau mengikutiku hidup di lereng gunung.
Takdir Tujuan Mulia
Seperti biasa, pengalaman mengajar maka aku tanya kedua kali secara terus-terang kepada Hiang apakah ia seorang perempuan atau laki-laki? Masalah dukung mendukung menurutku sangat perlu diketahui motivasi dasarnya, aku tidak mau relawan mengukir sesuatu yang semu di atas cita-cita yang luhur. Bukan jawaban yang aku dapatkan malah sebuah foto dikirim. Apa kurang jelas jenis kelaminku tanyanya, aku pun terdiam dan dia menegaskan sekali lagi “Aku Betina”.
Selain Hiang ada juga beberapa pembaca yang telah memesan buku yang masih dalam bentuk judul seperti buku Bipolar, Perempuan Lem dan Tulang Daun.
Tujuan mulia memang sudah takdirnya bertemu orang-orang mulia!
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.