KeanggunanMemuncak
Keanggunan pribadi sudah dimulai dari pikiran lalu turun ke pembawaan. Itu akan semakin nyata kalau didukung oleh karakter yang dihasilkan dari pikiran yang telah berkembang proporsional dan luas. Berpengetahuan dan berwawasan adalah kunci sikap anggun. Keanggunan yang hanya mengandalkan cara berpakaian adalah wanita tempo doeloe yang dilemahkan oleh akses atau wanita yang masih berpikir bahwa tubuhnya adalah alat propaganda.
Keanggunan melampui jenis kelamin, melampui peran, dimensi, gestur, cara bicara, berpenampilani dan melampaui karya. Apa saja yang diproduksi dari pikiran manusia dalam bentuk aksi dan reaksi akan mampu menghasilkan sebuah keanggunan. Lalu bagaimana tidak cemburu dengan seekor bangau yang memuncak keanggunan di antara para Dewa Dewi.
Keanggunan seorang penulis adalah tentang pikiran yang ia letakkan pada kualitas tulisannya. Kalau kata-kata diumpamakan selembar pakaian lagi maka lagi lagi penulis itu dipastikan memakai cara berpikir industri buku dalam industri pakaian. Dalam hal ini, seorang penulis harus keluar dari paradigma tulisan adalah pakaian. Memakai pendekatan ‘tubuh’ misal tentang ‘hormon’ atau ‘seksualitas’ serta segala reaksinya mungkin lebih relevan, agar tulisan dihasilkan dari perkawinan keanggunan “cara merasa perempuan” dan keanggunan “cara berpikir pria”; seperti lembut dan keras yang hanya bisa dirasa di sini (letakkan tangan di dada).
Kualitas tulisan terserah mau dibangun dari apa. Dengan mengeles atau mencomot sana sini, tetapi tidak ada kedalaman atau itu adalah hasil pengolahan batin? Sesuatu yang kau keluarkan akan menjadi sebuah karya tulisan; ingat satu atau tiga yang kau telurkan bisa menjadi sebuah karya besar, namun tidak ada telur emas yang dihasilkan dari bebek abal-abal
Keanggunan seorang penulis menempatkan dirinya lewat berbagai tulisan dan tingkah laku yang sepadan pada suatu kondisi dengan cara tepat. Ia adalah penulis yang sudah mendapat ilmu dari nenek moyang bahwa hidup ini begitu berharga dan indah.
Di dalam keanggunan tulisan mengandung beberapa elemen yang esensial untuk menghasilkan kualitas seperti kejujuran, tulisan ditujukan untuk siapa, proses yang dilewati bagaimana serta bisakah tulisan tersebut menguji diri sendiri?
Kejujuran
Kejujuran dalam menulis sangat esensial untuk memanfaatkan tulisan sebagai media menemukan diri. Menemukan diri adalah kesempatan manusia untuk mempunyai makna hidup yang lebih berarti. Kejujuran ini mencakup bagaimana tulisan itu bersifat apa adanya; sumber pengambilan, cara menyampaikannya dan pilihan kata-kata yang sesuai dengan preferensi yang menulis. Kalau anda mampu mengungkap kehadiran Anda dalam suatu situasi yang belum pernah dijabangi berarti anda mengandalkan indera keenam atau disertai sedikit survei namun yang paling jujur adalah menulis apa yang Anda alami dan rasakan sendiri.
Menulis Untuk Siapa?
Membangun suatu tulisan bernas akhirnya sampai pada pertanyaan mendasar bahwa tulisan dibuat untuk siapa? Sebagian besar orang menulis untuk orang lain lalu Anda mau untuk siapa? Untuk diri sendiri adalah awal mula menghasilkan karya yang terbaik.
Proses Mendalam
Terserah ingin menghasilkan tulisan genre apa. Setiap tulisan yang dihasilkan akhirnya akan mengalami proses pendalaman dalam diri seseorang kalau dilakukan terus menerus. Kalau begitu jangan ajak teman yang berbeda pandangannya dalam prosesmu.
Menguji Tulisan
Lakukan uji terbalik dengan memakai konsep yang dilawan di atas misalnya kalau tulisan adalah selembar pakaian maka coba sekarang pakaikan tulisan pada tubuh. Apakah pakaian tulisan itu terasa sesak atau kedodoran? Bagaimana perasaan yang tercipta ketika Anda membacanya kembali? Apakah daya sentuhnya tetap terjaga, semakin menggelora atau justru semakin membosankan?
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.