Gangster Copabama
Jiwa manusia adalah kumpulan energi-energi yang senantiasa bergerak dan ingin mendesak keluar ‘bebas’ seperti energi benda-benda langit. Beberapa jiwa ‘energi’ memang harus terpecah agar keseimbangan diraih. Beberapa jiwa ‘energi’ diam semakin solid dalam keagungan ‘kesetimbangan’ alam semesta.
Tanpa batas ruang waktu, sebuah bintang dalam kluster tata surya terus memecah diri. Seberkas terlontar dengan kecepatan cahaya dalam ‘kegelapan abadi’. Memecah diri demi ‘kesetimbangan’ tata surya; rahasia alam raya yang akan terus terjaga misterinya. Bintang itu mungkin sebuah Supernova!
Manusia modern melakukan penjelajahan sampai ke bintang untuk pembebasan jiwanya. Mempersepsikan diri sejak dini sebagai bintang adalah cara yang paling memungkinkan. Lihatlah bayi-bayi telah dididik mengejar cita-cita setinggi bintang. Mereka diberi mainan bintang dan diberi nama Bintang. Lagu-lagu tentang bintang diputar di telinganya. Kelak menjadi bintang.
Ketiadaan sayap adalah nasib. Segala cara diupayakan namun pesawat ulang alik tercanggih pun belum jua mampu menguak misteri alam raya. Pakaian astronot telah berhasil membuat manusia keluar dari ‘ketakberdayaan dimensi’ namun hal itu sangat meremehkan nalar “manusia adalah makhluk bebas”. Karena justru pada kulminasi kebebasan dalam genggaman kebebasan hanya bisa dihirup secuil saja.
Metafor bintang adalah jiwa-jiwa yang haus untuk bebas lepas. Dengan bebas lepas manusia merasa sedikit lebih lega ‘seimbang’. Perjuangan manusia dari matahari terbit sampai terbit lagi adalah memecah rutinitas. Rutinitas adalah makhluk buas pemakan segala kebebasan yang mampu menggoyah jiwa. Namun apa mau dikata sayap tidak kunjung tumbuh untuk membawa tubuhnya terbang ke bintang. Doa-doa dibakar dari permukaan bumi, semoga energinya menembus Aurora dan diterima dalam koloni keabadian Eksosfer! Mana tahu keseimbangan jangka panjang digapai?
Selalu dalam konteks energi mencari keseimbangan maka untuk memenuhi pembawaan jiwa yang ingin bebas manusia senantiasa mencari ‘kendaraan terbang’ dalam kehidupan sehari-hari. Entah membeli mobil yang katanya bisa membawa terbang dengan laju 250 km/jam, entah wisata ke resor yang katanya menawarkan sebuah kebebasan dan entah mencundangi rutinitas dengan menganggap mereka bagian dari usaha menggapai bintang. Namun tetap saja suatu hari jiwa akan minta distabilkan lagi. Tidak ada yang benar-benar penuh sekalipun kematian! Energi dalam jiwa ini memang nakal kalau tidak mau dikatakan setan.
Seorang teman memakai pendekatan ‘kesetimbangan alam raya’. Mengganti profil sebuah resor atau botol wisky dengan foto close up bergaya ‘Gangster Copabama’ adalah kesetimbangan yang keren dalam ilmu kimia. Kemudian memuliakannya di depan publik, kurasa yang mendesak di dalam mungkin sedikit terlontar dan keseimbangan pun sedikit dicapai. Dari sambutan jempol dan komentar yang tak pernah diduga-duga telah mendulang kegembiraan yang juga dinikmati banyak temannya.
Sesuatu yang paling membuat manusia tertatih-tatih adalah selembar roh yang terlanjur dihembus dalam jiwa manusia agar relung hatinya mempunyai penghuni tetap. Takdir roh adalah keselarasan. Takdir jiwa adalah keanggunan. Takdir hati adalah eksekusi. Manusia bumi adalah supernova-supernova yang menyedihkan karena batas ada di mana-mana untuknya. Batas yang paling menyakitkan adalah ruang waktu ‘kematian’.
Sama seperti takdir roh, jiwa dan hati. Takdirnya adalah Gangster Copabama yang murah hati. Dia tidak bisa jauh-jauh dari sana—energinya sudah terpancar dari air muka yang mengalir, sinar mata yang teduh dan senyum yang hangat. Dia tidak bisa mengingkarinya—dari sanalah keseimbangannya tercipta sempurna.
Selamat menjadi Gangster Copabama. Bergembiralah selalu!
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. PELAJARI SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Comments