Jenis Tikus MPR
Iklan MPR sudah lama sekali aku lihat, kuperkirakan hampir memasuki satu tahun minus beberapa bulan. Kalau keliru tolong dikonfirmasi ke kami termasuk dana yang sudah dihabiskan. DPR beriklan pertama kali di detik juga berbulan-bulan lamanya dan termasuk aku kecam hanya tidak sempat aku sebarkan dan kemudian disusul MPR.
Pokoknya harga mati. Kalau menyangkut spesis penghuni DPR dan MPR tidak usah bingung kok bisa menemukan kesamaan karena tukang sumbu kompor sudah memberitahu tentang hal ini: “satu kualitas pabrik prabocor”.
Sudah lama sekali aku ingin mengkritik iklan DPR dan MPR. Sekarang tersisa iklan MPR. Aku termasuk dari sekian banyak rakyat yang marah karena pajak yang kami bayar sia-sia! Peringatan untuk mereka selama memakai uang nenek moyangnya kami tidak peduli dengan mereka! Mereka tanpa merasa berdosa sedikit pun memakai uang rakyat seenak jidatnya! Pemain proyek, pihak yang gila kekuasaan dan jurnalis matre kongkaling menggerogoti uang rakyat yang dikumpulkan per butir keringat. Ini hanya sebagian kecil dari sekian banyak aksi dosa mereka kepada rakyat.
Sebagai pengakses detik aktif aku sangat terganggu dengan iklan MPR di detik! Kata seorang kawan jadi tambah emosi setiap kali buka detik setelah lihat muka si congor babi dan si pipi tebal Zonk yang tidak punya malu ketemu lagi si muka ‘santun’ ZH dkk yang tidak punya malu.
Mereka bukan tidak tahu bahwa selama memakai uang rakyat siapapun tidak ada yang bisa bebas. Mati hidup akan dikejar sampai ke liang lahat. Generasi berikutnya akan terus mengejar, mereka bisa mati tetapi akibat perbuatannya akan ditanggung generasi berikutnya khususnya anak cucunya! Sejarah akan didaur ulang. Mereka sangat tahu hal ini tetapi buta kalau sedang diliputi ‘kebelet’ harta dan kekuasaan. Moral mereka sudah bobrok!
Kata rakyat wah enak sekali orang MPR itu makan gaji buta tetapi kok masih makan gaji mentah setelah sadar dan bingung kerjanya MPR itu apa sih sebenarnya? MPR hanya buka pintu sekali setahun dan lima tahun sekali, setelah itu mereka ngapain aja ya di dalam? Apakah ada acara nobar terbatas untuk ‘film khusus’ yang belum lolos sensor hanya rumput bergoyang yang tahu. Apa pun bisa terjadi untuk kondisi tertutup bukan?
Kalau ingat kerja MPR yang buka pintu sekali setahun, aku jadi mudah ingat istilah SMP: Selesai Makan Pulang. Itu ejekan kami kepada seorang kawan.
Ceritanya seorang kawan yang kebetulan dari Lampung itu sangat terkenal cari kesempatan makan gratis tetapi tidak mau ikut cuci piring. Di kelompok kami, kadang suka buat acara makan bareng, seringnya di rumah seorang teman boru Tarigan. Setelah makan biasanya tahu dirilah bantu-bantu resiki dapur dan cuci piring sebelum pulang.
Teman kita satu itu, sifatnya yang jelek telah membuat kami menjauhinya. Kami akhirnya tidak mengajaknya lagi dan pergi sembunyi-sembunyi. Pernah suatu ketika saat mau pergi, ketahuan sama dia dan apa yang terjadi? Dasar dablek tidak punya malu! Dia sengaja mengekor kemana pun kami pergi. Hari itu karena saking kesalnya kami membuat taruhan apakah “tukang makan gratis akan cuci piring?” Seperti yang kami duga, sifatnya sudah berurat ke dalam jiwanya, sementara kami mengantarkan piring-piring ke dapur dia diam-diam kabur tetapi dilihat boru Tarigan sambil teriak, “Woi tidak punya malu kau, sudah makan gratis tidak cuci piring pulak, dasar SMP!”
Ingat SMP lagi saat ketemu iklan orang terhormat itu “dasar benar-benar SMP”! Sampai hari ini selalu tidak habis pikir ternyata bukan hanya orang gila yang tidak punya rasa malu. Kata Buya, “Urat malunya sudah putus!”, jadi harap sabar tunggu kematian mereka, biar sekalian dicabut semua yang menggantung dan menghalangi pandangan.
Coba kita lebih kritis sedikit dengan pertanyaan ini: sebenarnya yang paling butuh iklan ini siapa sih? Langsung aku tembak saja ZH. Sudah lama aku perhatikan gerak-geriknya. Tiba-tiba ia sering tampil di berbagai acara kampus dan sebagainya. Diekspos detik sangat masif. Saking gemasnya aku sering mengomentarinya dengan istilah “prestasi nol yang penting tampil”. Setelah bosan dan capek koar-koar ZH mencoba yang lebih praktis. Kebutuhannya terbaca oleh mafia proyek. Kalau bisa iklan ngapain capek-capek safari Bang? Sejak itu iklan wajah ZH dkk MPR mulai menghiasi dinding detik. Bos MPR yang lain hanya akal-akalan biar tidak mencolok dan safari politik ZH di lapangan menghilang tiba-tiba di detik.
Mengapa Om ZH mau melakukannya? Dari tampangnya yang santun dan orangnya seperti menjaga martabat, gak percaya ya dia menurunkan gengsinya? Ini kata boru Sipiso-piso teman satu lagi yang aku belum cerita, sebenarnya kami belum tahu apa benar ada boru Sipiso-piso, setahu kami ia bukan hanya lahir dekat air pancuran Sipiso-piso tetapi kalau nyindir nyelekit seperti ‘piso’. Perkataannya yang paling kuingat saat mengejek teman kami “si SMP” itu adalah: “Si babi ngephet mau makan tak punya uang”. Kalimat “ngephet mau makan” dengan “ngebet mau nyalon” kok sama ya prihatinnya? Lalu “gak ada uang” dengan “gak ada modal” wah semakin prihatin deh? Nah coba kau satukan kedua kalimat itu untuk mengejek ZH biar punya malu sikiklah kata orang Batak. #ZulMauNyalonGakAdaModal!
Uang seperak saja dicari di jalan ratusan kilometer belum tentu ketemu. Ini uang 1 M. Uang 500 juta saja kalau dibelikan meja belajar sekolah dapat 5000 biji. Emang si ZH sudah sumbang berapa meja untuk negeri ini?
Aku mengajak netizen untuk melakukan class action dan meminta penjelasan serta pertanggungjawaban DPR dan MPR atas iklan tersebut dan termasuk semua iklan yang lain! Iklan MPR masih terus tayang saat tulisan ini aku buat. Iklan tersebut sama sekali tidak ada urgensi dan tidak memberikan kepentingan rakyat secara langsung maupun tidak langsung.
Tikus di parlemen dan majelis hanya berbeda jenis. Tikus yang bau, jorok, tubuhnya dipenuhi kudis, ukurannya relatif besar dan sering kita sebut tikus got itu menghuni dimana netizen? Tikus yang lebih kurus karena kering proyek dan hanya bisa mencuri remahan di lantai menghuni dimana teman?
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.