Mencuci Dunia
Aku setuju penekanan bukan pada kata “radikalis”, karena ada radikalis yang positif. Perlu diketahui, radikalis dalam agama adalah usaha-usaha pemurnian agama yang dilakukan sekelompok orang. Mereka “merasa” agamanya telah melenceng jauh dari yang asli yang dikaitkan dengan dunia yang kacau! Agama dan dunia harus dicuci. Itu pandangan kaum radikalis garis keras.
Sebenarnya tidak ada yang spesial dengan usaha pemurnian agama itu. Radikalis garis keras memakai terminology membersihkan atau mencuci dan radikalis garis halus memakai istilah pembenahan. Mengidentifikasi radikalis garis keras mudah, pikirkan saja ide pokok emak-emak cuci wajan penuh jelagah atau cuci pakaian berlumpur. Radikalis garis keras bersifat destruktif dan korosif; inti dari mencuci sampai ke akar-akarnya. Jadi jangan heran paham mereka adalah doktrinisasi. Doktrinisasi sebuah ideologi hanya bisa berhasil lewat cara pembodohan dan kekerasan!
Orang-orang yang merasa bahwa dunia sudah terlalu kotor biasanya juga memandang “diri mereka lebih” dari lain. Mereka merasa lebih religius, lebih suci atau lebih baik dalam menerapkan ajaran agamanya. Diri yang merasa lebih religius dalam psikologi agama menjadi modal dasar yang sangat kuat dalam visi pemurnian agama. Mereka tidak mengenal kapasitas dan kepantasan.
Memurnikan agama seharusnya diri terikut dimurnikan. Setelah berusaha sedemikian rupa apakah nafsu memurnikan agama itu tidak menjadi lemah karena akhirnya mengetahui tidak ada manusia yang murni di muka bumi. Bagaimana mungkin mencuci dengan tangan kotor?
Selama maksud dan tujuan pemurnian agama adalah untuk perbaikan seharusnya tidak ada masalah. Kelompok Protestan menurutku adalah sebuah bentuk radikalisme yang positif dari Gereja Katholik karena pada akhirnya Gereja Katholik melakukan pembenahan dengan lahirnya beberapa gebrakan “Konsili Vatikan”. Konsili vatikan adalah dogma ajaran gereja yang mempunyai garis hierarki implementasi yang tegas dan wajib. Di samping itu Gereja Protestan juga berkembang pesat. Perpecahan-perpecahan yang terjadi di tubuh Kristen Protestan kemudian hari menurutku juga sangat manusiawi.
Radikalis nonMuslim dengan Muslim mempunyai ruh perjuangan yang sangat berbeda. Jika radikalis nonMuslim lebih fokus pada pertumbuhan iman (lebih ke internal dapur agama masing-masing). Hal ini kuyakini hanya terjadi pada kelompok aliran yang dianggap sesat. Kelompok-kelompok ini fokus pada pembangunan kualitas hubungan vertikal manusia ke tuhannya tentu dengan cara sangat fanatik. Secara garis besar kelompok radikalis ini tidak menyangkutkan paham mereka ke pemerintahan maupun politik: setidaknya ini hasil pemikiranku secara umum per detik tulisan ini dibuat dan bisa saja keliru.
Radikalis Islam dalam pengertian radikalisme yang sedang kita hadapi bersama sekarang ini pertama tentang dampak horor yang terjadi; dari jangkauan geografis, jangka waktu dan daya kerusakan baik mental, psikologi, materi dan non materi sangat bombastis. Radikalis Islam memakai segala cara untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain agar mengikuti paham mereka. Hal yang terpenting aku menemukan satu pola yang sama secara global bahwa dasar dan dorongan mereka melakukan hal itu karena perjuangan pemurnian agama dikaitkan politik dan kekuasaan. Merebut kekuasaan lalu mendirikan negara khilafah Islam adalah tujuan akhirnya. Dengan merebut kekuasaan maka doktrinisasi akan sangat mudah dilakukan. Inilah yang membedakan radikalis Islam dengan radikalis kelompok lain.
Ada satu mata rantai yang hilang dan yang jadi pertanyaan bagiku jikalau analisaku tetap sama mengapa pola itu juga bisa terjadi di negara-negara Islam? Apakah negara-negara Islam yang begitu super syariat Islam masih kurang khilafah atau kurang islami? Sehingga terminologi radikalisme Islam adalah soal syawat kekuasaan adalah total benar bukan?
Terus terang dari sejak dulu aku telah menanti apa sih yang positif dari tujuan pemurnian agama yang sedang mereka kejar. Hanya kehancuran dan kejahatan demi kejahatan yang terus diproduksi oleh mereka. Tujuan pemurnian agama bukan hanya bias bisa jadi adalah topeng makar. Begitu banyak stiker telah dilayangkan kepada kelompok ini dari teroris, pengacau, tukang makar, pembunuh, tukang fitnah, pelanggar HAM berat, penjahat yang paling nista dan terakhir mereka diidentikkan dajal yang sedang birahi. Setan segala setan juga sudah! Jadi dimana letak logika pemurniannya kalau stikma sudah menancap kalian?
Mungkin sebenarnya ada juga radikalis yang positif di Islam yang sudah berbentuk suatu aliran atau suatu mazhab yang khalayak umum tidak ketahui karena kebrutalan radikalis garis keras telah menyita seluruh energi kita. Kukira hal ini sangat mungkin terjadi sebagaimana dunia ini tidak sempurna.
Radikalis yang memakai kekerasan dari tingkat rendah sampai brutal, yang memakai politik dan kekuasaan sebagai alat perjuangan adalah sangat bahaya bagi kelangsungan hidup bersama di muka bumi yang hanya satu-satunya kita miliki. Mereka sedang tidak melakukan pemurnian agama sebaliknya sedang menghancurkan agama mereka sendiri!
Diluar bentuk perjuangan yang mereka namakan jihad, kalau tujuan mereka hanya ingin menciptakan kekacauan, seharusnya lebih keren memakai nama “Penghancur Berdarah Dingin” tanpa harus mengorbankan Islam.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.