Mas Wowo Gilak?
Indonesia harus dipimpin Bapak Jokowi sekali lagi karena belum ada pemimpin lain yang mempunyai jiwa melayani rakyatnya dengan tulus kecuali Bapak Jokowi. Sebenarnya semesta sudah menyiapkan dua orang pelayan rakyat dan satu dari mereka semoga akan mendampingi Bapak Jokowi.
Dari awal ia memang tidak peduli nama baik maka ia tetap membiarkan segala bentuk cara-cara yang tidak memuliakan kemanusiaan kita. Percayalah, mau memakai cara silat lidah, main telikung, serangan fajar, ancaman, intervensi dan segala bentuk amoral maka itu semua hanya untuk semakin mengukuhkan bahwa “ia bukan siapa-siapa di negeri ini“.
Kita tidak habis pikir, tanpa sedikit pun prestasi dan sumbangsih untuk Indonesia kok ia mau menerimanya? Interior Mas Wowo semakin hari semakin tidak menarik karena yang melekat kepada dirinya menimbulkan bau tidak sedap semua. Sudah rahasia umum, rakyat mengarah ke siapa untuk dalang fitnah. Belum lagi stigma pengejar kekuasaan dan pedagang agama sudah dicatat oleh publik siapa aktor dan gerombolannya. Mereka bisa membantah dengan segala cara, tetapi kebenaran itu abadi.
Maka heranlah kita, baru ada rival begini konyol dalam sebuah pertandingan yang lebih memilih cara-cara tidak jantan padahal ia punya tampang, dana, wibawa, tetapi mengapa mentalnya seperti toge? Apa Mas Wowo ini sebenarnya sedang mempermalukan dirinya? Mengapa ia tidak mengedukasi tim-nya agar memberikan argumen berimbang yang bisa diterima akal sehat? Jawabannya karena ia tidak ada modal moral yang bisa ia kreditkan dalam hati masyarakat. Mengapa ia tidak punya tabungan moral? Jawabannya karena memang ia tidak menyiapkannya! Ia tidak peduli hal-hal menyangkut nilai, harga diri, martabat, jangka depan atau etika dan estika. Jiwa-nya penuh dengan bara.
Bahwa sejahat-jahatnya seseorang, ia masih bisa merasa apakah akan kalah atau menang dalam bertanding kata seorang begal. Mas Wowo pasti pernah memikirkan hal ini dan telah mendapatkan jawabannya bahwa ia akan kalah! Aku sangat yakin itu! Setidaknya di toilet adalah waktu bagi dia merenung karena ketika umroh saja dipakai untu mufakat jahat. Lalu mengapa ia tetap nekat?
Analisaku mengerucut pada faktor ketigalah yang selama ini telah menyesatkan dirinya, selain dirinya tidak mampu mengendalikan ambisinya, dendam, tidak bisa menerima kekalahan, kepentingan bisnis yang sangat besar, kekacauan pasca kekalahan 2014. Ia seorang petarung unggul, tetapi minus jiwa ksatria. Kekuatan faktor ketiga itu sangat besar sekali mencengkeram dirinya dan energinya semua gelap.
Seharusnya ada pihak keluarga atau orang terdekat yang memberi penerangan. Pasti ada satu orang di antara keluarga besarnya atau salah satu kerabat dan sahabat yang hati nuraninya masih bisa terusik, tetapi mereka mungkin tidak berkutik karena selama ini telah turut menikmati uangnya.
Bila kelompok Mas Wowo membaca prediksiku ini, mungkin mereka akan putar haluan atau akan semakin melipatkan gempuran hoax. Silakan saja, tetapi bagaimana kalau yang terjadi tetap seperti prediksiku? Maka berhati-hatilah karena tidak ada satu pun yang bisa terbebas dari apa yang telah dilakukan dalam hidup ini. Pertama pikirkanlah beban mental yang akan dipikul Mas Wowo sangat besar sekali, aku khawatir jiwanya akan terguncang, kedua keuangannya akan hancur-lebur bahkan belum apa-apa sudah menarik sumbangan di medsos yang telah mengundang ketawa netizen.
Ketiga, yang jelas Mas Wowo tidak akan menjadi apa-apa di Indonesia, ini perlu dicatat! Padahal ia punya waktu 5 tahun untuk mengimplementasikan mimpinya lewat jalur filantropi misalnya. Kalau benar ia memang tulus mau melayani bangsanya, kukira tidak perlu menunggu jadi presiden untuk berbuat sesuatu. Wajar sekali kalau publik percaya komitmennya dalam kekuasaan hanyalah untuk melayani diri dan kepentingannya!
Kesempatan besar itu telah ia sia-siakan. Apabila pasca kekalahan, katakanlah ia tetap tidak bisa menerima kenyataan maka itu sudah menjadi beban keluarganya, namun kalau ia akhirnya menyadari kekeliruannya itu akan menjadi masalah pribadinya. Apapun yang terjadi, satu kenyataan telah menanti dirinya bahwa ia hanya cukup sebagai jenderal pecatan. Maaf begitulah kira-kira kisah akhir seorang penunggang kuda.
Dua orang relawan Mas Wowo 2014 yang telah tobat mengatakan baru sadar telah tertipu dengan iming-iming proyek. Hartanya ludes, hidupnya terpuruk. Salah satu dalam kondisi pincang menemuiku di sebuah cafe. Katanya selama 6 bulan ini telah membuatnya merenung dan akhirnya mendukung Jokowi sebagai silih dosa. Ia mengaku fitnah Jokowi PKI pertama kali disebarkan oleh dirinya tahun 2014. Lalu kutanya utangnya saja belum dibayar kok berani nyapres lagi? Kawan itu sambil mencoreng jidatnya katanya Mas Wowo sudah gilak.
Mengapa dulu waktu bergabung dengan merah ia tidak segilak ini dan reputasi partainya masih relatif bagus di mata publik? Manusia pada hakikatnya ada setan di dalam dirinya, tetapi wadah sangat menentukan akhir perjalanan seseorang selain kerusakan pada jati diri. Silakan merenung.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Comments