Berulang-ulang
Khusus untuk diriku, terkait kejadian yang tidak diharapkan tetapi terjadi aku kembali masuk ke satu model periodesasi yang cukup sepele seperti yang telah kutulis dalam “Pembongkaran Diri”, tetapi itu sangat kuat berpengaruh pada pembentukan komitmen baru pada diriku, yaitu asisten rumah tangga (ART) tiba-tiba berhenti. Aku juga ada ceritakan sedikit tentang ART-ku tetapi dalaml konteks lain jika mau baca di sini “Primodial Agama” ini.
Ceritanya, kami dulu antara butuh tidak butuh asisten rumah tangga, seseorang datang cari pekerjaan. Pada saat itu sebenarnya aku sudah enjoy melakukan sendiri pekerjaan rumah, ditambah dukungan laundry yang cocok semua jadi lancar, akhirnya ia kuterima. Sejak itu aku mulai mengandalkan dirinya.
Karena zona nyaman sudah terbentuk kuat, diriku seperti lupa daratan bahwa mengurus tetek-bengek rumah tangga itu sungguh-sungguh sangat mujarab dalam rangka pembongkaran diri; anehnya daku kok seolah-olah baru menyadari hal itu padahal sudah beberapa kali mendapat pencerahan dari sana.
Melakukan pekerjaan rumah tangga memang cukup melelahkan bagi yang tidak biasa dan yang paling berat itu mencuci pakaian. Dari pagi ke malam tidak ada habis-habisnya kalau diikuti semua. Aku termasuk orang yang tidak bisa cuek dengan rumah yang kotor dan berantakan. Walau sangat capek karena langganan laundry yang lama sudah pindah dan belum mendapat penggantinya, aku tetap berusaha menikmati situasi ini. Tidak terasa satu bulan terlampaui!
Reaksiku persis mengikuti kurva orang-orang yang sedang belajar ‘hal baru’ selama sebulan itu. Pada tahap awal ada rasa kesal, menyesal, ingin menyerah, kasihan pada diri sendiri, pembelaan untuk diri dicari-cari dan aneka perasaan lain pun hadir.
Urusan pekerjaan domestik di rumahku sebenarnya tidak besar, yang besar itu hanyalah sebuah kemalasan—jadi bertepatan ia minta berhenti itu, tanpa sengaja aku pun kembali mendapatkan momentum membongkar diri. Kok bisa? Karena ada proses jatuh-bangkit secara berulang-ulang.
Dari proses ini, aku mencermati beberapa hal:
Pertama-tama, kita sering kehilangan satu momen pelajaran berharga yang sebenarnya sudah kita genggam lalu terlepas karena hal ini dianggap sepele, mudah tergoda hal lain serta ketidakmampuan manusia mempertahankan yang baik karena ada situasi hati mempengaruhi.
Yang Kedua, di tengah proses “jatuh” itu dan bukan sekali ini saja aku telah menemukan suatu formula bahwa dalam situasi kepepet ‘tidak ada pilihan’ kekuatan autentik manusia akan muncul keatas; Ini sudah sering kita baca dimana-mana dan sudah teruji secara ilmiah maupun praktek. Kekuatan autentik ini kalau terlatih akan membuat manusia semakin kuat dan semakin bisa bertahan dalam kondisi sesulit apapun karena ada proses pengulangan yang berkelanjutan.
Jadi jangan mengumpat situasi ditinggal asisten rumah tangga, dipecat tiba-tiba, dagangan bangkrut, mobil dicuri dan semua kejadian-kejadian yang tidak kita harapkan tetapi terjadi. Semakin panjang durasinya semakin membuat kita ahli keluar dari keterpurukan pada masa akan datang.
Yang Ketiga, ketika tubuh bergerak pikiran menjadi lebih segar; ini sama dengan istilah di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang segar yang juga sudah sering kita dengar bahkan sejak kecil; pekerjaan rumah tangga yang harus aku anggap olahraga ini benar-benar berbeda dari olahraga yang sebenarnya karena ada faktor “tidak ada pilihan” sementara olahraga yang dimaksud di sana merupakan kejadian yang bisa dipilih dan maka… kalau aku tidak cuci pakaian berarti membiarkan anak memakai pakaian kotor, dan… tidak membersihkan rumah berarti siap berjibaku dengan debu dan kotoran; maksudku sejorok-joroknya orang pasti ada masa ia tidak betah dan ingin keluar dari masalah itu bukan, jadi tetap ada unsur tidak ada pilihan terbuka di sana.
Dari semua proses yang terus berulang-ulang itu, aku mencoba jujur pada diriku tentang beberapa hal yang sedang kupertimbangkan untuk rencana yang akan aku lakukan (terkait hal ini tidak aku muat dalam tulisan ini); jadi saat mencuci piring, pakaian, menyiram kembang, menyapu, mengepel, masak, belanja, melap kompor, melap galon aqua, mencuci telur yang semuanya dilakukan secara berulang-ulang. Untuk kondisiku, sehari minimal mencuci 10 item barang dapur atau 300 barang dalam sebulan, kalau masak bisa jadi 1.000 barang per bulan, mencuci 10 lembar pakaian sehari atau 1.000 pakaian sebulan, belum ditambah menyapu dan lain-lain: Jadi percayalah bahwa kegiatan yang berulang-ulang itu adalah kegiatan mengairi pembuluh darah dengan oksigen baru.
Perlahan-lahan, jalan pikir yang lebih segar pun terbuka. Penyebab beberapa kemacetan dan hambatan pun juga terurai dengan sendirinya. Diri perlahan-lahan terus dibongkar. Komitmen baru yang lebih kuat hadir dan bahkan tahukah ide-ide cemerlang yang mengubah dunia selama ini sering kali juga lahir dari kegiatan sederhana ini. Oksigen baru itu memberi pelajaran keteraturan terhadap otak, semakin otak teratur semakin jiwa rapi melihat segala sudut pandang.
Memang, kadang tidak semua proses pembongkaran diri bisa menghasilkan komitmen baru yang sangat luar biasa kuat, ini tergantung momentumnya pas atau tidak, namun berada pada situasi tidak ada pilihan ‘kepepet’ akan sangat bisa mendorong lahirnya momentum yang persis seperti yang kita butuhkan.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.