Wajah Politikku
Lelah sekali melihat politik Indonesia. Dibilang putus-asa pastilah ada rasa putus asa jikalau hanya melihat ruang publik Indonesia terus dikuasai orang-orang sakit. Kemudian kegaduhan yang telah memapar diri kita. Oh Indonesiaku sayang, kasihan Indonesiaku…
Kelompok pembuat gaduh seenak jidatnya melakukan pembodohan demi pembodohan, kebohongan satu disanggah dengan kebohongan lain, kita orang-orang waras seperti dibuat disfungsi dan mereka seolah tidak tersentuh hukum. Jangan ditanya bagaimana marahnya kita, kita marah sekali kepada mereka!
Seharusnya kemarahan kita ini bisa menggerakkan semua elemen untuk menggugat mereka secara besar-besaran atas nama moral!
Kukira Prabowo cs sangat sadar, hati kita sudah dipenuhi amarah, benci sampai dendam, sedih, prihatin dan muak dari termuak pun sudah kita alami. Rasanya tangan kita ingin meninju, kaki ingin menendang dan mulut ingin meludah dengan satu arah ke muka mereka semua; semua emosi-emosi itu pasti telah kita alami dalam diri kita masing-masing dan sedihnya hanya bisa sampai di level situ saja dan mereka masih asyik-asyik saja.
Perasaan kita seperti dimain-mainkan, ketika melihat Jokowi dan Prabowo berpelukan kita membangun harapan. Ketika komitmen kampanye damai ditandatangani kita seperti anak kecil yang percaya ayah akan pulang membawa hadiah; kita seperti tidak mau terlambat menjemput kebaikan mereka sehingga cuitan-cuitan indah penuh harapan untuk Indonesia lebih baik pun bertebaran dimana-mana saat itu. Kita sudah lama menunggu, hingga hari mulai gelap, tetapi Prabowo cs masih bangga dengan permainan bejatnya.
Idealnya kasus nenek RS bisa menyeret Prabowo cs ke meja hijau dan menjebloskan mereka ke jeruji, pabila bisa kita lakukan maka Indonesia telah berhasil menyelamatkan beberapa generasi.
Dulu, aku pernah mengusulkan suatu rekonsiliasi bangsa dengan cara menghapus masa lalu dengan membuka lembaran baru, itu teorinya. Hari ini aku renungkan kembali bentuk rilnya dan apa mungkin bisa diimplementasi? Angan-angannya katakanlah negara membentuk sebuah Komite Rekonsiliasi Nasional (KRN). Tugas komite adalah membuka loket penghapusan dosa. Semua ASN wajib mengikutinya. Sebelum dihapus, harus mengisi dosa-dosa apa saja yang telah dilakukan yang telah menciderai kemanusiaan dan mengurangi kepentingan publik. Dosa korupsi, membunuh aktivis, memberikan katabelece, tidak adil, memakai kekuasaannya untuk mempengaruhi, mengambil perabot negara sampai membuat hoax akan dihapus. Koruptor atau siapapun yang sedang menjalani hukuman akan dibebaskan.
Dosa akan dihapus dengan sejumlah konsekuensi seperti mengembalikan harta yang dicuri dari negara, dipecat sebaga PNS dengan skala prioritas, menerima hukuman kerja sosial dan membuat komitmen baru yang akan dipantau ketat oleh KRN dalam suatu jangka waktu tertentu.
Kira-kira kalau itu berhasil dilakukan, setelah periode pemantauan berakhir, menurutmu apakah mereka masih akan berani mengulanginya dan apakah Indonesia menjadi lebih baik? Bagaimana generasi berikutnya kalau korupsi lagi, jadi jenderal kardus lagi, posisi cawapres dibeli 1T lagi; mungkin hukuman mati perlu diterapkan di negara ini? Aku bertanya kepada rumput bergoyang.
Aku sangat tahu pihak pencipta kegaduhan memang mengharapkan rakyat mengalami keletihan sosial. Aku sering merenung mengapa Prabowo cs kok bisa sampai begitu dungu dan kok mau-maunya melacurkan diri dalam politik yang sangat singkat. Hidup ini singkat politik lebih singkat lagi.
Mencermati dinamika politik Indonesia berarti menelusuri usaha orang-orang beres diganggu orang-orang tidak beres. Silakan tukar diksi “beres-tidak beres” dengan baik-jahat, tulus ikhlas-penuh tipu muslihat, sehat-sakit, waras-tidak waras, wajah tenang-wajah terdistorsi seperti kena zat kimia, cebong-kampret, dan kalem terkendali-grasa-grusu atau negawaran-kardus; terserah apapun itu hingga kau mendalami betul-betul kebrutalan Prabowo cs maka seketika kau akan mendapatkan ketimpangan luar biasa besar dalam komparasi dua jiwa; jiwa matang dan bantat; sinar jiwa Jokowi ungu ‘matang’ maka hitam ‘bantat’ adalah milik Prabowo cs.
Semua kisah kekelaman Prabowo cs akan berakhir, dunia akan kembali damai dan Indonesia entah pada suatu masa mungkin satu abad lagi dan setelah tulang-belulang Prabowo cs hancur maka pastikan sebelum itu datang masanya kita telah memetik buah pelajaran untuk mematangkan kemanusiaan kita. Terlalu amat mahal harga yang telah kita bayar kalau kebrutalan mereka tidak bisa meningkatkan fungsi kewargaan kita di ruang publik lebih baik khususnya ruang privat dan tidak menjadikan kita sebagai manusia yang lebih berkualitas. Peningkatan kualitas diri kita adalah antitesis kebrutalan mereka.
Dan sampailah pada penghujung mengevaluasi wajah Indonesia, itu adalah mengevaluasi wajah politik diri kita sendiri. Apakah kita termasuk kerumunan orang-orang yang sedang dilanda kebingungan? Menjadi sumber masalah? Mau golput? Anti kebaikan? Sesungguhnya aku ini tidak pantas, aku ini tidak ada kapasitas, aku ini terlalu memaksakan kehendak, aku sakit, aku tidak waras, aku doyan hoax, aku menyukai hal-hal negatif, aku salah gaul, aku telah menodai moral dan melanggar UU, aku cebong dalam politik, tetapi kampret dalam kehidupan non politik dan terakhir aku ini memang kampret juga ternyata:
Ketidakmampuan mengolah yang tidak beres dalam diri kita janganlah mengorbankan ruang publik dan privat. Teguklah ketidakberesan diri hanya untuk diri sendiri. Minimal belum bisa menjadi sumber solusi tidak menjadi sumber masalah; kita jauh lebih fair sebagai makhluk yang telah diberi kesempatan hidup dan akan meringankan langkah kita kelak dipanggil Penguasa Dunia suatu hari.
Semua, semua sudah kita upayakan dari membuat narasi sindiran-sindirian sampai ke mempolisikan mereka. Makian ‘anjin* bab* seta*’ juga sudah tidak terbilang jumlahnya melayang untuk mereka dan lebih tidak terhitung lagi yang tidak terucap dalam hati kita. Untung semua masih dalam kendali, belum ada yang terdengar melampaui UU sesuai karakter kita sebagai kaum progresif yang menjunjung norma dan UU, namun apakah mereka menunjukkan tanda-tanda perbaikan? Mereka makin rusak iya!!
Kebencian memang tidak bisa mendorong perubahan dan rekonsiliasi nasional mungkin hanya angan seorang novelist. Kemandekan yang terjadi pada mereka mohon jangan salahkan niat orang-orang baik kurang banyak hanya karena mereka telah kehilangan jalan pulang.
Terkait Prabowo cs sungguh mereka sama sekali tidak penting bagi kita, tetapi mereka penting untuk kita belajar agar kemanusiaan kita bertumbuh dan tidak bantet, tetapi matang, jiwa menuju warna ungu bukan menghitam dan kelam. Jujur dalam hati kita sudah tumbuh sebuah naluri bahwa mereka adalah orang-orang “tidak berguna” bagi negeri ini. Aku mengatakan “tidak berguna” untuk mewakili kata “sampah” yang sudah terlanjur terbentuk di alam bawah sadar kita dan ketika kita bangun dan tersadar ternyata mereka lebih nista dari rongsokan! Inilah isi hati kita yang sejujur-jujurnya kalau Prabowo cs mau tahu persepsi kita tentang mereka.
Prabowo cs kalian sangat sangat nista!
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.