Masukilah Ruang Yang Sulit Dimengerti
Masa yang berlalu nasibnya memang harus berada di rel waktu yang telah berlalu. Kemudian mereka kadang sengaja atau tidak sengaja dimunculkan kembali untuk memberi perenungan pada rel yang sedang berlangsung maupun pada suatu masa yang akan datang dalam aspek yang kita tak perlu tahu. Begitu dahsyatnya “yang berlalu” memberi pengertian kepada yang baru. Bangsa-bangsa banyak jatuh karena melupakan masa lalu namun bagi anak manusia yang hidup dari sesaat dalam sewaktu dan sewaktu dalam semasa, sedetik yang berlalu seperti setetes air kehidupan.
Katakan selalu kepada yang berlalu, “Mari datang! Masukilah ruang yang sulit dimengerti.”
Kacamata Hitam dan Stoking
Katakanlah Giharu dulu memakai kacamata hitam dan stoking nan seksi, dengan ear phone di telinga ia bergerak super cepat di jalan besar, “Berapa? Berapa?” teriaknya dengan keringat dingin, lalu sebentar kemudian, terdengar 3x desisan penuh ambisi dari bibirnya, “Yes! Yes! Yes!” Jarinya pun dikepal seolah ia telah menggengam dunia dan ia melihat ke langit, suatu kesuksesan fisik yang disukai orang kota terukir. Tegangan gelisah dan gembira dalam frekuensi ekstrim bukan hanya telah mempersempit pembuluh darah namun telah mengunci energi buruk dalam diri. Untung engsel jantungnya tak lepas.
Modernitas Malang
Modernitas ‘Jakarta’ menangis karena telah kehilangan seorang penyembah kedigdayaannya. Diri yang internasional sangat cemburu dengan kelokalan Giharu yang apa adanya. Benarlah bahwa kota metropolitan hanya pantas dirindu bagi jiwa-jiwa yang kaku dan keras, aspal hitam saja tidak bisa menerima matahari apalagi gedung pencakar langit. Modernitas bukan membeku tetapi telah lumer mencair bersama cita-cita yang ingin digapai Giharu.
Ayam-ayam Itu
Ayam-ayam yang hampir membuatnya muntah setiap kali ke Pasar Kliwon Temanggung, ikan ‘hitam’ yang selalu menggegerkan standar kota dan bubur sumsum yang dimakan masih sakit perut telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi Giharu, itu ma soal biasa katanya sekarang. Giharu telah memeluk setiap sudut Temanggung secara keseluruhan.
Berawal Dari Mimpi
Mimpi dan Gendewo tidak bisa dipisahkan dari perjalanan Giharu menggapai keindahan di Temanggung, hanya melulu kebahagiaan yang ia peroleh bersama anaknya di sana. Bukan hanya kakinya telah dilangkahkan jauh dari kota yang tidak pernah dia berjanji akan kembali namun hatinya telah dia sangkutkan di Temanggung, tujuannya jelas, Sindoro Sumbing 30 km dari rumahnya menanti.
Comments