Sup Otak Labi-Labi
Apa yang bisa dilakukan wanita? Bertepatan “Hari Internasional Wanita”, walau sudah terlambat aku ingin mendorong kaum wanita keluar dari konteks berpikir umumnya. Melakukan tugas sebagai penjaga keluarga, mempersiapkan anak, sebagai stabilisator hingga tiang keluarga yang selama ini diemban masihlah belum cukup karena pertarungan sesungguhnya di luar pintu rumah.
Wanita mempunyai peran yang sangat strategis untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dunia membutuhkan wanita lebih dari apapun dewasa ini. Wanita mempunyai klas sensitivitasnya yang unik, pesan cinta ada di dalamnya. Wanita sulit mengingkari dirinya sebagai rumah bagi cinta tumbuh.
Entah pakaiannya, entah riasan wajahnya dan entah beberapa centi lemak yang sudah bergelambir di setiap sudut tubuhnya yang terus menjadi kegelisahan para wanita dan kalau wanita masih berkutat dengan urusan bagaimana tampil menarik secara fisik di depan umum sementara malas membersihkan rumah, aku rasa ia telah kehilangan sebagian besar waktunya yang berharga untuk menjadi pribadi yang berkualitas. Isi pikiran wanita adalah kecantikan yang sesungguhnya.
Mereka yang cantik, jelek, hitam, ceking dan gemuk adalah wanita dari masa ke masa yang akan tetap menggeliat di atas ranjang namun semakin ke depan wanita akan semakin menggeliat di forum-forum strategis. Untuk sampai ke sana dibutuhkan pengorbanan terlebih bagi wanita yang super ketat menjaga penampilan. Berdasarkan pengalamanku untuk terbebas dari jebakan penampilan bahwa tampil apa adaya membuat hidup sangat ringan.
Wanita kalau terus mengalami dilema berkepanjangan agar selalu bisa menarik dengan segala macam simbol keperempuanannya maka sesungguhnya ia telah memerangkap kemampuan otaknya, seperti otak labi-labi dalam sebuah mangkuk sup. Sejak ia berpikir untuk menjadi menarik di depan publik secara fisik sebenarnya sejak itu pula ia telah kehilangan kemerdekaannya. Aku terus mendorong agar wanita keluar dari persepsi tubuh yang menjebak keasliannya.
Kemampuan mengeluarkan isi pikirannya dengan HATINYA adalah kemerdekaan wanita yang paling luhur. Kelemahlembutan adalah modal dasarnya. Karena di dalam hati wanita terlalu banyak aspek yang berbelit dan kalau ia bisa mengomunikasikan secara jelas maka itu dipastikan hatinya penuh dengan cinta. Cinta yang matang lahir dan berkembang dari kemampuan otaknya berpikir dengan nalar yang sehat. Wanita yang belum bisa mengeluarkan isi pikirannya akan tampak seperti boneka maneken: hidup hanya sebagai pajangan.
Pasar adalah tempat banyak wanita bisa dijumpai mengadu nasib tanpa ampun. Mereka berjuang untuk keluarga tanpa memedulikan lagi dirinya. Mereka berjualan pisang tetapi pisangnya masih lebih harum daripada tubuhnya. Halusnya kulit pisang adalah representasi perjuangan yang tidak memedulikan penampilan. Cerminnya ada di kulit mereka yang hitam dan berkerut tidak karuan.
Dari sisi daya juang, kita berhutang banyak pengalaman berharga dari wanita-wanita sederhana yang bekerja keras tanpa memedulikan lagi sebuah arti penampilan.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.