Berkah Comberan
Aksi superdamai 212 adalah bukti gara-gara mulut comberan Ahok (maaf) menyatukan dan membawa perubahan atas wajah Islam yang terlanjur dicap anarkis, suka ribut, susah diatur dan jorok (maaf) ternyata bisa naik kelas juga sebelum Ujian Nasional dihapus. Kita perlu memberi apresiasi tulus dan 10 jempol karena ini peristiwa langka. Pertama dan utama, aku sangat berharap tulisan ini tidak berhasil menimbulkan kebencian baru diatas kebencian lama.
Diluar kepentingan politik dan dorongan beberapa kelompok, masyarakat awam pasti lebih mudah jujur dan bisa menerima bahwa keberhasilan aksi damai 212 adalah keberhasilan sebagai sebuah bangsa. Sederhana saja, Kapolri Tito Karnavian mengatakan telah menghabiskan 76 M untuk aksi 411 dan 211, angka 76 M itu walau sedikit juga ada kontribusi pajak semua rakyat bukan? Termasuk pajak Ahok, orang yang paling dibenci sejagat. Seorang netizen mengandaikan mulutnya Ahok adalah deterjen tetapi ini adalah deterjen baik dan bercap “Comberan Jadi Berkah”. Inilah salah satu faktor yang memoles kerennya aksi 212.
Pada akhirnya, mau tidak mau lawan Ahok merasakan manfaat mulut comberannya. Dua risalah yang bisa kusimpulkan di sini, yaitu “mulut comberan Ahok menyatukan dan membawa perubahan”. Bahkan aku dapati seorang netizen tidak tanggung-tanggung mengucapkan terima kasih dan rasa syukur yang mendalam, berkat Ahoklah ia semakin beriman.
Kalau saja yang comberan mampu memberi manfaat bagaimana mungkin sesuatu yang bersih yang sangat genuine milik Ahok yang telah dirasakan oleh warga Muslim yang dipimpimnya? Ahok dihakimi keroyokan dan dituduh menistakan agama sebelum pengadilan memutuskan. Lawan sangat tahu tidak mudah menjatuhkan Ahok-Djarot, diperlukan ‘strategi super’. Orang awam saja sangat mudah menebak ini bagian dari rekayasa politik. Memakai cara-cara kotor seperti ini sangat tidak beretika, merugikan umat Muslim, merugikan lawan Ahok sendiri untuk masa akan datang. Rakyat akan mengungkitnya kembali.
Logika akan macet seketika kalau terisolasi kebencian! Ucapan, pikiran dan tindakan kadang jadi tidak connect dan comberan jadi berkah belum bisa diakui dengan sempurna. Penglihatanku, kebencian yang ditunggangi politik hanya akan mempunyai kemampuan memabukkan seolah berat tetapi sebenarnya tidak mendalam seperti miras yang diminum seorang pemula. Setelah periode halusinasi berlalu, lambat laun kesadaran pun segera memeluk nurani; sangat keterlaluan memperlakukan Ahok seperti itu atas jasa-jasa yang telah dibuatnya.
Setelah fase efek ‘miras’ selesai maka akan tampak sangat jelas mana yang murni dan mana yang benar-benar kotor! Di dunia ini hanya hidup dua spesis manusia; manusia yang memperkecil masalah sampai tidak ada adalah kelompok yang murni yang mendambakan kedamaian abadi dan manusia yang membesar-besarkan masalah adalah kelompok yang benar-benar ‘piktor’. Kelompok piktor ‘pikiran kotor’ ini biasanya cepat puas dari pesta pora buih miras kebencian dan kelompok awam sangat tidak puas jikalau belum terlibat merasakan secara batin sakitnya tuh di sini.
Kelompok-kelompok yang murni sangat mudah ditemui di gang-gang sempit, di bukit-bukit sunyi dan di gunung-gunung yang suci, mereka senantiasa hidup dari kebesaran mukjizat dalam sebuah kesempatan yang mencoba hadir. Mereka mewakili kemurnian dan kejernihan meminta maaf dan menguatkan Pak Ahok dan Pak Djarot. Aku melakukan survei kecil-kecilan dan hasilnya sangat mengagetkanku serta memperkuat tulisan ini dan ternyata kelompok yang murni merasakan ini sangat keterlaluan!!!
Sementara kelompok yang satu lagi masih akan menambah konsentrat soda api untuk meledakkannya untuk mencapai kepuasan duniawi.
Jangan kahwatir, aku sedang tidak kampanye. Ini terkait diriku seorang penulis yang ketagihan membangun harmoni dan sangat hormat kepada semua mahkluk di bumi. Kalau kau belum bisa merasakan indahnya kidung di gereja, aku sudah bisa merasakan betapa indahnya lantunan ayat-ayat suci Al-Quran dan bahkan kalau dipencet bel rumahku akan mengeluarkan salam “Assalamualaikum” tanpa ada kebencian. Aku mendedikasikan hidupku untuk mendorong agar dunia mengejar sesuatu dengan cara-cara terhormat! Mengedepankan nilai-nilai keabadian dan membangun pengetahuan yang membebaskan daya kreasi Sang Pencipta yang telah dianugerahi kepada manusia namun terpenjara oleh hawa nafsu sehingga menjadi cebol.
Terkait kasus Ahok, secara pribadi atas nama kepolosan saya memohon maafkanlah beliau sebagaimana kita semua manusia rapuh dan janganlah keterlaluan nanti Tuhan marah sebab segala sesuatu itu ada batasnya! Menghimbau saudara-saudaraku yang beragama Muslim, marilah kita jujur juga berkat mulut comberan Ahok umat Islam Indonesia telah menemukan wajahnya yang telah lama hilang dan kini telah ditemukan. Dunia menanti-nanti sejak lama keindahan ayat-ayat suci Al-Quran itu bisa mengalir tanpa amputasi.
Ini baru langkah awal untuk menjemput rombongan besar yang selalu hidup dalam konsistensi hati, pikiran, ucapan dan tindakan dalam berdakwah yang kita tahu terus diperjuangkan oleh Gus Dur (alm), Gus Mus, Buya Safii Maarif serta para ulama dan kyai-kyai lain yang mungkin tidak dalam radar publik. Perjuangan masih panjang, pilkada akan terus berulang dan generasi kini akan diganti generasi akan datang namun apakah wajah damai itu akan tetap bertahan dengan cara-cara damai pula? Kalau tidak aku khawatir, keindahan ayat-ayat suci Al-Quran tidak bisa menjalankan visi misinya yang suci dengan baik.
Teriakan “Tangkap Ahok” yang tetap mewarnai sebelum dan setelah sholat Jumat, saya kira itu hanyalah busa-busa kemabukan yang tumpah dari mulut wadah yang tidak perlu mengecilkan niat baik. Saudaraku yang Muslim, maju terus memberi keindahan pada dunia.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU.LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.