Radikalis Mimosa
Dalam konteks radikalisme sebagai usaha pemurnian agama maka usaha-usaha kelompok Tolikara dan Biksu di Myanmar bukanlah usaha pemurnian agama. Aksi mereka lebih kepada balas dendam, pertahanan diri dan aksi mereka tidak mengutak-atik ajaran agama mereka dan tidak mengaitkannya untuk dipaksakan kepada pihak lain. Satu hal terpenting itu tidak terkait politik dan usaha ilegal menggoyang kekuasaan yang sah. Dari kualitas aksi betul yang mereka lakukan tanpa melihat motif dan tujuannya sama buruknya dengan radikalis Islam yang memakai cara-cara kekerasan.
Maksudku adalah bahwa kelompok Islam khususnya radikalis mimosa tidak efektif mengambil kejadian banding dari radikalis agama lain untuk menganulir radikalis Islam garis keras atas “sesuatu yang tidak bisa diperdebatkan oleh agama lain”. Kejadian tersebut tidak bisa dibandingkan karena total beda substansi.
Sama halnya ketika mempercayai ISIS ciptaan Amerika dan Israel, menurutku hal ini konyol sekali dan tidak berdasar! Ada lagi analisis yang mengatakan negara barat menciptakan ISIS untuk menguasai ladang minyak Timur Tengah menurutku ngawur! Melihat ribuan tentara pihak sekutu yang ikut menjadi korban saat memerangi ISIS, kemudian meningkatnya aksi terorisme di sejumlah negara dunia yang memakan korban sipil telah mematahkan analisa abal-abal ini.
Aku memahami kegelisahan saudara-saudara kita dari kelompok radikalis mimosa. Memang tidak dapat dipungkiri stereotip yang berkembang di masyarakat telah merugikan kelompok Islam secara keseluruhan. Radikalis Islam garis keras telah disamaratakan dengan semua kelompok Islam padahal tidak ada di dunia ini yang mutlak. Kemudian tentang “ajaran Islam dicap teroris” kukira ini sudah menyangkut “sesuatu yang tidak bisa dibahas atau diperdebatkan oleh agama lain” karena ini terkait internal ajaran Islam. Maka tadi aku katakan usaha mengambil pembanding aksi kekerasan yang kebetulan atau pun tidak sama sekali terkait atau terkait oleh kelompok agama lain tidak bisa selalu disimpulkan memakai pendekatan agama.
Menjawab tantangan perspektif menjadi umat dunia, maka masalah yang terjadi di sekitar kita sudah harus dilihat sebagai masalah bersama. Termasuk radikalisme yang mengganggu kehidupan bersama.
Kita harus menyamakan persepsi bahwa kelompok moderat bukanlah lawan kelompok moderat. Lawan kelompok moderat adalah kelompok-kelompok yang ingin menghancurkan kehidupan. Nah bagaimana dengan kelompok radikalis mimosa mengambil disposisi terhadap radikalis garis keras dan kelompok moderat? Jadi…
Di kalangan moderat apapun agamanya setahuku adalah orang-orang yang sangat elegan dan bijak menghadapi stereotip. Sifat bijak mereka mengatasi netral yang manipulatif. Mereka biasanya tidak terpengaruh sedikit pun karena wawasan mereka adalah membangun peradaban kasih. Mereka adalah orang-orang yang sudah mengatasi urusan-urusan identitas. Sedangkan radikalis mimosa mengaku netral tetapi tidak bisa netral dan tidak bijak ‘pulak’. Kalau dibandingkan kenetralan kelompok moderat jauh lebih netral dibandingkan radikalis mimosa dalam perspektif kebijaksanaan.
Jadi ada tiga kelompok dalam hidup ini, yaitu MODERAT, SEMI MODERAT-RADIKAL dan EKSTREMIS TOTAL. Kelompok ekstremis total adalah radikalis garis keras sedangkan kelompok radikalis mimosa termasuk kelompok semi moderat-radikal. Radikalis mimosa juga disebut radikalis garis halus.
Di hati kelompok semi moderat-radikal selalu ada kerinduan tentang suatu hari melihat dan berada di dalam ‘dunia satu warna’ berlandaskan agama yang sama. Jadi ini seperti angan-angan religius dalam psikologi agama. Mereka terus merindukan hal ini karena terlalu banyak menanggung dosa dunia. Mereka juga merasa religiositas akan berkembang lebih baik, terarah dan lebih suci kalau berada di dalam satu kondisi dan wilayah yang bendera, makanan, bahasa, cara dan isi doa, model baju, cara bicara, semangat atau cara memberi salam dalam corak agama yang sama. Pokoknya wes satu agama adalah zona nyaman mereka.
Kelompok semi moderat-radikal dalam agama apapun menyatakan tidak setuju dengan cara kekerasan tetapi mereka tidak bisa membunuh kerinduan itu.
Mereka seperti daun-daun mimosa tidak bisa menerima senja tak kuasa menolak fajar. Sedikit saja sisi-sisi identitas tersentuh mereka langsung reaktif menutup diri tetapi pada pagi hari dengan gagah berani mulut-mulut daun mereka membuka diri atas nama realita kebutuhan memakan sinar kehidupan dengan begitu ‘congok’. Bunga-bunga mereka pun bisa bermekaran dengan begitu indahnya tanpa rasa segan kepada Maha Raja.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.