Tiga Ekor Kucing
Adalah seekor ibu kucing masuk ke dapur. Kejadiannya pada suatu siang hari yang terik. Tanpa sepengetahuan ia mengajak anak-anaknya, jumlah mereka sekarang menjadi tiga ekor, dengan begitu asyiknya mereka melahap seluruh ikan tongkol yang belum sempat kumasak rica-rica.
Emosi mengalahkan naluri. Aku sudah mendengar suara-suara tidak biasa di dapur, irus wajan yang terjatuh dan wajan yang berjoget-joget tetapi aku masih percaya jendela dapur sudah terkunci semua, jadi aku terus melanjutkan urusanku di komputer.
Pada saat itu, suasana sedang tegangan tinggi dengan sebuah grup di dunia maya. Beberapa orang di grup melakukan ‘pelecehan ide’ menurutku, mereka meragukan apakah buku yang mereka bayar dimuka akan dikirim olehku. Beberapa orang itu bersekongkol dan ternyata mereka itu adalah kaki tangan seorang penulis. Aku tidak tahu apa maksud dia membuat grup?
Aku benar-benar lupa daratan namun tahu ada kucing di dapur. Aku kira mereka makan dengan asyiknya dan aku yakin mereka sekarang makan saling menyuapi dan selonjoran. Suara mereka semakin redup soalnya ikan tongkolku tiga ekor besar-besar! Mereka lupa daratan dan aku juga lupa daratan.
Aku terus terpancing dan sangat jengkel dengan ‘oknum’ di grup itu. Mereka adalah tim moderasi yang banyak mengkonsumsi buku-buku kebut semalam untuk sukses. Menurutku mereka sengaja mem-bully jawabanku, padahal sebelumnya ketua grup itu yang mengundang diriku untuk bergabung. Awalnya dia memperkenalkan diriku dengan begitu manis dan memuji-muji kegununganku dan kemudian melontarkan isu panas itu, lalu menggorengnya seperti gaya orang kampanye yang kehilangan pegangan. Tujuannya tercapai, Giharu menjadi trending tetapi ada yang makin meradang.
Sangat disayangkan, walau banyak yang membela dan terakhir saat ingin memberikan konfirmasi ulang untuk menjelaskan duduk persoalan, komentarku malah ditolak dan topik ditutup tanpa ada penjelasan. Setelah kejadian penutupan topik itu, aku langsung keluar dari grup setelah tiga hari bergabung
Grup itu berisi para “sales” dengan gaya jualan yang aku lawan dalam buku. Mereka tidak tahu latar belakangku juga dari bisnis. Aku nilai grup itu sangat tidak kondusif untuk membangun pikiran yang sehat.
Kisah tiga ekor anak kucing yang makan tongkol-ku adalah hal wajar namun sifat-sifat orang di grup itu menjadi tidak wajar karena memungut dengan maksud tersembunyi. Mungkin mereka menganggap diriku ini ikan tongkol raksasa yang bisa mereka makan keroyokan.
Setelah sadar dan emosi sedikit terkendali, ikan tongkol-ku telah dimakan habis. Hanya menyisakan kerangka untukku. Dasar binatang!
IMPORTANT! ALL INFORMATION RIGHT RESERVED. SEE POLICY & USE OF TERM
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.