Sincia (1)
Tradisi adalah alasan agar kehidupan tidak berubah seperti besi, tradisilah yang membuat manusia lebih lentur seperti rotan dan mempunyai tenggang rasa. Melanjutkan tradisi seperti mengairi beton pencakar langit yang kesepian dan sendiri. Di dalam tradisi ada unsur literasi non verbal yang sarat dengan filosofi kehidupan.
Tradisi selain berfungsi untuk menambal yang kosong, tradisi adalah sebab mengapa manusia ingin menempuh perjalanan jauh. Di dalam tradisi manusia mempunyai kesempatan berjumpa dengan esensi pembentuk kehidupan yang sesungguhnya. Kebaikan dan keluhuran hidup akan diperoleh dalam tradisi manapun. Oleh sebab itu harusnya tidak ada alasan bagi siapapun boleh mempertentangkan tradisi apalagi menistakan suatu tradisi.
Tradisi adalah pengikat dan pembentuk rasa. Di dalam tradisi terdapat puluhan bahkan ribuan pola laku dan kebiasaan yang terus-menerus diulang bersama sehingga terbentuk personafikasi di dalam tradisi yang membuatnya berharga untuk dilestarikan.
Tantangan terbesar keberlangsungan sebuah tradisi datang pertama kali bukan dari kemajuan zaman tetapi dari agama kemudian diperparah oleh pemikiran ‘pemurnian’. Dalam kemajuan zaman menurutku pada akhirnya akan membuat manusia lelah lalu kembali mencari tradisi. Beberapa agama menghargai tradisi dengan sangat baik dan memberi porsi dalam tata laksana upacara keagamaannya serta tidak menganggap tradisi sebagai ‘barang haram’ tetapi sebagian mencampakkannya ke atas bara api.
Setelah Gus Dur menjadikan Sincia sebagai hari libur nasional banyak orang Tionghoa yang awalnya menganggap angin lalu dengan Sincia karena alasan agama akhirnya ikut merayakan Sincia. Merayakan Sincia berarti sudah ikut menjaga keberlangsungan tradisi. Sincia adalah sebuah perayaan tradisi.
Xin Nian Kuai Le. Gong Xi Fa Cai. Shen Ti Jian Kang.
Selamat Tahun Baru. Semoga Banyak Rejeki dan Badan Selalu Sehat.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.