Seharusnya Kepala Yang Memerintahkan Leher Bergerak
Uang hanyalah selembar kertas yang sengaja diberi nilai oleh bang sentral, seandainya terbakar nilainya akan segera lenyap. Begitu rapuh dan seolah tak berharganya uang itu. Huh! Benar-benar hanya selembar kertas namun dicari siang dan malam. Rasanya hidup tamat kalau tidak ada uang di tangan.
Lewat cara baik atau buruk selalu ada unsur perjuangan di dalam nominal. Katanya semakin sulit memperolehnya semakin sulit pula mengeluarkannya namun hal itu tidak terbukti dengan kebiasaan orang-orang sederhana yang hidup dari tetesan demi tetesan keringat. Mereka begitu mudah membaginya kepada tetangga sebagai wujud kebersamaan.
Kalau orang desa mengumpulkan seratus dua ratus perak maka orang-orang di kota kecil mengumpulkan sejuta dua juta rupiah. Seumpama lagi, jikalau orang-orang di kota agak besar mempunyai seratus dua ratus ribu maka orang-orang di kota metropolitan yang memiliki rumah ketiga di bukit dipastikan memiliki seratus dua ratus juta, akhirnya kita akan menemukan rentang bawah-atas yang sangat mengerikan, seratus dua ratus perak dengan semilyar dua milyar; begitu jauh uang telah membangun jarak antarmanusia.
Institusi Keuangan
Ketika dana masyarakat terkumpul uang mulai unjuk gigi melalui wujud institusi dan lembaga keuangan yang kita kenal dengan berbagai cap. Dari semua cap bank beken yang beredar kita sama-sama tahu kepada siapa mereka mengabdi? Uang! Kalau mereka katakan kami hadir untuk orang kaya tentu kita maklum, yang membuat kita lebih marah adalah bank yang mengatasnamakan rakyat karena mereka yang pertama mencederai cita-cita ekonomi kerakyatan, kemudian sifat-sifat itu diduplikasi ke mana-mana.
Dasar Kau Bankable
Ketika sebuah bank umum menolak orang-orang miskin karena alasan tidak bankable kita seperti menyaksikan sekolah yang hanya mau menerima murid pandai. Perusahaan yang hanya mau menerima lulusan terbaik. Masa depan rakyat miskin, bodoh, jelek, cacat akan selalu menjadi pertanyaan abadi yang tidak ada jawabannya kalau tidak ada pemahaman bahwa sejak melangkah turun dari tempat tidur bumi ini adalah milik bersama. Semua orang punya potensi untuk hidup dan berkembang sejajar dan sama rata. Begitulah kira-kira perbankan dirancang untuk menyembah kekuatan kapitalisasi. Pihak yang mempunyai akses justru diberi kemudahan, dipuja-puji dengan berbagai imbalan dan hadiah-hadiah sementara yang miskin dinilai akan mengacaukan sistem.
Semua Bisa DIjadikan Sumber Pemasukan
Bank atau lembaga keuangan tidak bisa lagi mengatakan bahwa CSR adalah kompensasi terhadap pembangunan Ekonomi Kerakyatan. Ini dua hal yang sangat berbeda. Karena setelah itu kita tahu bahwa pada akhirnya banyak bank umum melalui ‘pihak-pihak terkait’ membangun lembaga keuangan dan non keuangan yang lebih kecil untuk menjaring ikan-ikan teri sampai ke gunung-gunung. Pendekatan yang menilai semua bisa dijadikan sumber pemasukan menurut cita-cita sederhana akan membuat peradaban manusia lebih cepat tua karena menderita kelelahan. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian bahwa manusia yang mengejar nilai lebih bahagia dibandingkan yang yang mengejar materi.
Bangkitnya Keuangan Mikro Yang Berbasis Kearifan Lokal
Sejak otoritas moneter membangun lapis ketiga dalam sistem perbankan, banyak pihak tertarik mendirikan BPR karena regulasi BPR dinilai lebih mudah mencari keuntungan. Tujuan BPR sebenarnya untuk memuliakan kelompok kecil termasuk koperasi namun justru banyak yang membodohi orang-orang kecil.
Kekuatan uang kalau dikelola oleh pihak dengan yang mempunyai mental pro semesta mereka akan menghasilkan pekerjaan luar biasa bagi pembangunan kemanusiaan. Gagasan mental yang berpihak kepada semesta lahir karena ada penghormatan terhadap kearifan lokal. Rasanya sangat tidak masuk akal berani membela semesta tetapi tidak menghargai kelokalan.
Kelompok kecil dan rakyat tidak boleh selalu menggantungkan nasib kepada pemerintah, rakyat harus menentukan sendiri nasibnya mau hidup mati, maju mundur di tangan siapa. Kekuatan keuangan mikro harus bangkit menyatukan rasa karena kelokalan adalah tentang mereka. Bangkitnya keuangan mikro adalah bangkitnya kesadarannya orang-orang kecil menentukan masa depannya sendiri.
Celengan Orang Gunung (CELENG)
Celeng adalah sejenis lembaga keuangan mikro dengan budaya dan motif yang sangat berbeda. YPG lebih senang menyebutnya sebagai Celengan Orang Gunung yang di dalamnya ada gabungan kegiatan pengelolaan keuangan mikro dan koperasi, CELENG dipelopori YPG untuk mewadahi agar setiap orang bisa menolong diriya sendiri lewat CELENG dengan dukungan dan kebersamaan anggota, mengajak agar setiap anggota gotong royong dan saling bantu-membantu agar cita-cita CELENG tentang masyarakat lemah yang berdikari tercapai.
Visi Misi
- Pengalaman & Sejarah, memberi pengalaman kepada anak bangsa bahwa ada lembaga keuangan mikro yang mengatasnamakan rakyat benar-benar dikelola dengan semangat Ekonomi Kerakyatan untuk mencapai kedaulatan ekonomi
- Perimbangan, mengimbangi dunia bisnis khususnya perbankan apalagi yang mengatasnamakan rakyat namun dalam pelaksanaannya bertolak belakang
- Revolusi Hijau Keuangan Mikro, menjadi momentum bangkitnya keuangan mikro yang lebih humanis dan yang sanggup memihak rakyat kecil yang sesungguhnya dan sebagai pionir solusi keuangan mikro di Indonesia yang berbasis gerakan
- Inklusi Keuangan,sebagai ajaran merayakan perikehidupan oleh semua orang (Visi Misi YPG), maka sudah sepantasnya pihak yang mempunyai masalah harus berdiri paling depan dan mampu menolong dirinya sendiri untuk keluar dari permasalahannya. Bukan waktunya lagi menunggu dan menyalahkan siapapun. Keuangan Mikro menyediakan wadah agar keterlibatan inklusi masyarakat bisa efektif
Tujuan
- Kepercayaan, menjadi model gerakan keuangan mikro yang dibangun dari rasa saling percaya (percaya yang tulus) dan untuk meminimal resiko dengan cara-cara yang lebih cerdas dan humanis
- Dapat diandalkan, sebagai tulang punggung solusi keuangan masyarakat desa yang bisa diandalkan dikala susah dan terjepit
- Iktikad manusia luhur, sebagai lembaga keuangan mikro yang dibangun atas dasar itikat manusia yang paling luhur, segala bentuk hitungan bisnis yang didasari dari kecurigaan dan keinginan mau menang sendiri tidak berlaku dalam CELENG
- Sumber pendanaan mandiri YPG otomatis pemasukan keuangan mikro, sebagai sumber pendanaan bagi gerakan YPG selain buku sehingga YPG tetap mandiri dan independen lalu saling sinergi dengan keuangan mikro sehingga anggota adalah stakeholder gerakan YPG
Fokus
CELENG harus hadir sebagai bapak dan ibu bagi semua anggota, fokusnya yang lebih jelas adalah:
- Pertama dan utama harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada anggota
- Kedua, masyarakat umum harus mendapat nilai tambah dari kegiatan yang ditimbulkannya
Deskripsi Program
Comments