Membaca Dibarengi Menulis Tercipta Keseimbangan
Divisi Sastra dan Buku tidak terlepas dari cita-cita gerakan sastranisasi yang dibangun Giharu sejak bukunya selesai dicetak. Giharu selaku penulis mengambil konsentrasi penuh menangani hal ini. Menciptakan wadahnya yang bernama GSI atau Gerakan Sastra Indonesia. Wacana GSI adalah terjadinya penyebaran pengetahuan yang berimbang dalam pokok berpikir melalui tulisan-tulisan yang berkualitas untuk pikiran, salah satunya tentu melalui karya sastra.
Gerakan Sastra Indonesia (GSI)
GSI adalah sebuah gerakan sosial yang memakai sastra dan buku sebagai media untuk melakukan perubahan di masyarakat. GSI adalah sebagai langkah awal untuk membebaskan pengetahuan yang adalah milik semesta. GSI tidak memfokuskan diri sebagai kelompok para pencinta sastra dan buku yang biasanya berisi penyair, penulis dan penerbit. GSI sama sekali berbeda perjuangannya. GSI cita-citanya bukan hanya harus menyentuh sampai ke level pihak-pihak yang tidak menyenangi sastra dan buku namun harus bisa sampai ke titik yang tidak mempunyai akses terhadap pengetahuan. Sastra adalah pengetahuan sekaligus stimulator pikiran agar memilih keputusan yang pro alam berdasarkan pengetahuan yang diterima.
Sasaran GSI
GSI mempunyai dua target penyampaian visi dan misi, yaitu kepada:
- Berdasarkan struktur masyarakat: Kelompok dan masyarakat dengan minat baca dan daya beli rendah
- Berdasarkan wilayah: Kota-kota kecil dan pedesaan
Cita-cita GSI
- Membebaskan pengetahuan
- Memberi perimbangan industri buku
- Mendorong lahirnya penulis muda kreatif yang berbasis kearifan lokal
Bidang Kerja
GSI mempunyai dua jenis sub divisi bidang kerja, yaitu:
- A. Sub Divisi Percetakan dan Penerbitan
- B. Sub Divisi Membaca dan Menulis
A. Sub Divisi Percetakan dan Penerbitan
Latar Belakang
Ketidakadilan kepada penulis oleh industri perbukuan negara yang terus berlangsung tanpa ada pihak yang peduli baik otoritas maupun penulis sendiri. Industri buku berlindung dalam ketiak bisnis yang tidak adil akhirnya menghasilkan kebijakan yang tidak pro pengetahuan adalah perilaku yang mendegradasi hak asasi manusia.
Komitmen Kepada Wong Cilik
Giharu sangat konsisten dan komitmen bahwa semua hasil karya tulisan pribadinya serta semua penulis yang bernaung dalam Wahana Membaca Menulis (WMM) harus dicetak di Konsorsium Percetakan Kecil (KPK) yang ia himpun di Yogyakarta. Kelompok percetakan kecil di Yogyakarta sebagai proyek contoh.
Lambang Perlawanan
Pemberdayaan percetakan kecil yang dikembangkan lewat Sub Divisi Percetakan dan Penerbitan adalah lambang perlawanan Giharu terhadap praktik bisnis yang tidak fair dalam industri buku dan salah satu strategi menyiasati pembajakan dengan menjadikan “lawan sebagai kawan”. Giharu melakukan perlawanan berbalik dengan cara elegan dan cerdas. Peraturan selamanya tidak akan pernah cukup membuat orang berbuat baik, karena peraturan tidak bisa membatasi kesempatan dan niat tidak baik. Pendekatan manusiawi lebih bermanfaat untuk jangka panjang.
Makan Memakan
Kita akui percetakan kecil-menengah kadang juga dilibatkan dalam order penerbit besar, namun tetap terjadi praktik yang tidak adil. Ongkos cetak di percetakan kecil ditekan sebisa mungkin, cara bayar tidak berpihak dan sebagainya. Mental dan cara berbisnis seperti ini ditiru oleh percetakan kecil menengah yang akhirnya membuka penerbitan juga. Tak heran, penerbit skala kecil-menengah juga menekan penulis baru yang tidak diterima penerbit besar. Kemudian efeknya terus berlanjut, banyak penulis ‘sistem cepat’ melakukan copy paste buku-buku bagus. Karena penghargaan yang rendah terhadap hak cipta oleh penulis dan penerbit maka terjadilah pembajakan yang juga mengimbas ke penerbit besar sendiri. Sangat memprihatinkan karena tidak ada proses belajar terjadi di sana.
Deskripsi Kerja
- Tahap 1: Menjalin kerjasama dengan percetakan kecil
- Tahap 2: Mewadahi kegiatan usaha percetakan dalam sebuah konsorsium.
Ket: Sejauh ini secara de facto konsorsium sudah terbentuk namun secara legal belum, hal ini disebabkan dana awal untuk memodali konsorsium belum memadai. Targetnya penjualan buku (Trilogi Hidup Sederhana) bisa mencapai angka 30,000-50,000 set, maka proyek konsorsium baru bisa dimulai.
Tujuan
- Pemberdayaan Percetakan Kecil. Memberi kesempatan berkembang yang berkeadilan kepada percetakan kecil dengan menerbitkan buku-buku berkualitas serta mematahkan stigma terhadap percetakan kecil.
- Keadilan Industri Perbukuan. Membangun penghargaan yang berkeadilan kepada penulis karena kita ketahui industri perbukuan negara ini sudah menjadi oligopoli yang dikuasi segelintir kelompok, telah terjadi ketidakadilan yang menyakitkan penulis serta menghambat pengetahuan berkembang bebas. Penulis adalah pemegang hak cipta justru tidak mempunyai daya tawar sama sekali. Kita tidak bisa bicara kesempatan pengembangan pengetahuan seluas-luasnya kalau penulis tidak dihargai dengan layak.
Program Kerja
Deskripsi Program Konsorsium Percetakan Kecil (KPK)
B. Sub Divisi Membaca dan Menulis
Membaca suatu tulisan yang berkualitas memerlukan proses pikir dan sebenarnya yang dibaca adalah pikiran sendiri, ketika kita mengatakan suatu buku jelek, sebenarnya pikiran kita-lah yang sulit mencerna. Giharu sebagai penulis sangat menekankan hal ini dalam Sub Divisi Membaca dan Menulis, selain karena tanggung jawab moral-nya kepada ekses promosi buku.
Kegelisahan Giharu
Giharu sangat gelisah semakin berkurangnya penulis-penulis idealis di negeri ini terlebih untuk sastra. Kalaupun ada penulis setengah mati untuk muncul ke permukaan karena berbagai alasan yang kadang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Alasan permainan bisnis seperti penerbit ingin mengikuti tren pembaca menjadi alasan klasik sementara menjadi penulis semakin banyak dijadikan ajang mempromosikan diri untuk kepentingan sempit. Ada seorang politikus berani membayar berapapun kepada penerbit besar hanya semata agar bisa segera terkenal, ada penulis yang ingin cepat kaya raya dan sebagainya. Begitu banyak motif menulis yang ‘tidak selaras’ dengan semesta.
Tujuan
- Penulis Berbasis Kearifan Lokal. Penulis dengan dedikasi yang mengolah kearifan tempat mereka tinggal dewasa ini sudah sangat jarang padahal kita ketahui negeri ini sangat kaya dengan literatur sastra sebagai limpahan keberagaman budaya, bahasa dan negera kepulauan yang kita miliki. Giharu harap melalui program-program yang ia gulirkan dalam divisi ini semakin banyak tumbuh penulis-penulis muda idealis yang berdikasi pada kedaerahannya
- Kualitas Tulisan. Semakin banyak tumbuh penulis-penulis idealis yang mendedikasikan tulisan untuk pertumbuhan nilai-nilai kehidupan yang luhur dan dengan hadirnya kurator yang berintegritas dalam program ini seharusnya secara linier juga akan mempengaruhi kualitas tulisan. Hal ini sangat penting bagi cita-cita sederhana yang digadang-gadang Giharu
- Akses Pembaca. Terbukanya akses atas tulisan yang berkualitas yang seluas-luasnya melalui berbagai bentuk dan cara yang bisa diterjemahkan dengan cara yang lebih tulus, seperti Program Pustaka Kelana Desa, layanan e-book, pojok pembaca dan penulis
Program Kerja Utama
Sub Divisi Membaca Menulis mempunyai 3 program kerja utama yang sedang dan akan dikerjakan untuk dari 1-3 tahun mendatang, yaitu:
1. Deskripsi Program Sastra Sedang Bicara (SSB)
2. Deskripsi Program Pustaka Kelana Desa (PKD)
Mohon maaf image belum tertaut dengan artikel yang dimaksud.
3. Deskripsi Program Wahana Membaca dan Menulis (WMM)
Mohon maaf image belum tertaut dengan artikel yang dimaksud.
Program Kerja Khusus
Kompilasi Nusantara Indonesia Hebat (KNIH)
Comments