Warna Pohonmu
Aku mencoba meneliti pohon keluarga tanteku. Tanteku anak bontot dari 6 bersaudara dalam garis ibuku. Ia bermukim sampai meninggal di Kuala Simpang, Banda Aceh. Ia meninggal kira-kira waktu aku masih SMP. Bagiku ia seperti pemilik klub sepak bola karena anaknya berjumlah 11 orang. Cucu-cucunya 30-40 orang, cicit-cicitnya 60-80 orang dan jumlah turunannya jika dihitung dari tanteku generasi ke-1 sampai ke-3 (cicit) totalnya sekitar 120-150 orang.
Tanpa melakukan cek ke BPS karena tulisan ini hanya untuk kisaran kasar, jumlah rata-rata anak dalam keluarga Indonesia terhitung dari generasi 1936 (generasi tanteku) hingga generasi alfa (lahir 2010, generasi ke-6 turunan tanteku) dalam analisa diniku mungkin mengikuti pola 4-6-3-2-2-1. Jika memakai pola itu, total pasukan tanteku sampai generasi ke-4 adalah 240-300 orang, untuk generasi ke-5 adalah 480-600 orang dan generasi ke-6 adalah 480-600 orang. Anggaplah tanteku telah punya turunan 500 orang.
Hal yang mau aku sampaikan adalah kini turunan-turunannya tersebar dengan berbagai agama (mungkin hanya Hindu yang tidak ada), tetapi semua berawal dari kepercayaan nenek moyangnya, Kong Hu Chu yang kini telah disahkan sebagai agama di Indonesia. Setahuku ada dua anaknya memeluk Islam setelah lama ia meninggal dunia.
Jadi dari 500 orang kalau dari dua anak masuk Islam maka diperkirakan di dalam pohon keluarganya telah memberikan kontribusi populasi Muslim Indonesia kira-kira 48 orang dengan asumsi semua turunan dari turunan anaknya sudah menikah semua kecuali generasi alfa dan tetap Muslim dengan pola 3-2-2. Kita bulatkan saja 50 orang atau 10% dari 500 orang turunannya.
Agama-agama yang dianut turunannya karena mengikuti dirinya, mengikuti pasangan masing-masing atau mendapat pemahaman agama baru dari teman atau sekolah dan karena tekanan situasi di Aceh; dari itu semua hanya sebagian kecil yang hanya karena pilihan kehendak bebas sebagaimana kita semua lahir di sebuah keluarga tanpa bisa memilih kemudian kita dididik agama orang tua.
Pola agama yang dianut dalam keluarga dari agama awal yang dianut orang tua sampai terjadi konversi dari generasi ke generasi dalam konteks 100 tahun dari generasi baby boomer (lahir < 1960) sampai alfa (lahir mulai 2010) bisakah kita ringkas mengikuti jumlah anak juga, yaitu 4 banding 1. Misal dulu ada 4 orang beragama Kong Hu Chu sekarang tersisa 1 orang.
Jadi dari 500 orang turunan tanteku kemungkinan yang masih beragama Kong Hu Chu diperkirakan 250 orang, kalau diambil 50 orang telah konversi ke Muslim maka sisa 200 orang konversi ke Budha, Protestan atau Katolik.
Nah, kalau ditinjau dari segi historik turunan dalam pohon keluarga tanteku selain agama awal seperti etnis, lingkaran lingkungan yang mempengaruhi, ekonomi dan pendidikan maka Kong Hu Chu tetap menjadi agama dominan, porsi kedua diikuti Kristen (Protestan dan Katolik), ketiga Budha dan terakhir Islam.
Jadi, kalau 200 orang dibagi rata saja maka masing-masing agama Budha, Protestan dan Katolik mendapat 65-66 orang: ini suatu angka yang tidak begitu jauh dari 50 orang Muslim.
Dengan faktor yang sama, kukira pola yang sama akan diulang dalam keluarga walaupun dari Suku Minang atau Aceh dan dengan agama awal Islam sekalipun. Dimana agama awal tetap dominan, kemudian Kristen menempati kedua, Budha ketiga dan keempat mungkin bisa jadi Hindu atau Kong Hu Chu atau aliran kepercayaan.
Pemikiranku ini adalah pukulan berat bagi para datuak dan mamak-mamak (saudara laki-laki) Ibu Mertuaku yang dulu pernah mengusir kami di Payakumbuh (aku masih dalam ikatan perkawinan) setelah mengecek KTP kamanakannya (bapak anakku) telah konversi dari Islam ke Katolik, mereka mengatakan tidak ada orang Minang non Muslim lalu kami diancam kalau tidak angkat kaki maka bisa jadi rumah Ibu Mertuaku dibakar!
Menurutku mereka hanya kurang informasi karena bahkan fenomena konversi agama pada masyarakat suku Minangkabau dari Islam menjadi pemeluk Kristen telah dimulai sejak adanya kontak dan relasi perdagangan antara bangsa-bangsa Barat dengan masyarakat Minangkabau dari Kerajaan Pagaruyung (1347–1825 M). Nama-nama pendeta orang Minang, di antaranya adalah Pendeta I.F.M. Salim alias Abdoel Chalid Salim (1904-1985), ia adalah adik kandung Haji Agus Salim, Pahlawan Nasional, Pendeta Willy Amrul alias Abdul Wadud Karim Amrullah disingkat AWKA (1927-2012), adik seayah dari Buya HAMKA dan Pendeta Akmal Sani yang katanya sangat besar peranannya dalam merombak Ranah Minang “Adat basandi Syarak, Syarak basandi Kitabullah” menjadi kawasan “Adat dan Syarak basandi Yesus dan Injil.”
Kita perlu mengoreksi cara berpikir yang mempercayai bahwa tidak ada pemeluk Islam dalam turunan Cina totok seperti dalam suku Khuntien (Pontianak), Belitung atau tidak ada orang Aceh yang non Muslim; semua adalah kemungkinan yang tidak butuh intervensi kita lagi karena tubuh kita saja tidak bisa kita pertahankan keberlanjutannya apalagi suatu agama.
Dari hal ini menunjukkan orang yang beragama Islam akan lebih mengonversi ke Kristen sebaliknya Kristen akan lebih ke Islam. Islam-Kristen adalah dua agama yang akan selalu beririsan, baik head to head dalam hal ‘perebutan umat’ dan dalam klaim atas suatu persepsi atau keyakinan.
Dari naluri bertahan masyarakat Tionghoa Aceh atas tekanan demi tekanan yang mereka alami akhirnya membentuk stigma di benak orang Tionghoa Aceh bahwa ‘orang Islam jahat’ sangatlah bisa kita terima di akal sehat. Pernah tanteku bercerita orang-orang atas dalil Islam telah membantai babi-babi yang dipelihara orang Cina dan salah satunya adalah kawannya, mereka harus menderita kerugian sangat besar dan hidup mereka terpuruk. Ada dendam dan pasrah karena tidak bisa melarikan diri.
Tanteku akan luar biasa syok kalau tahu ada 50 orang turunannya telah beragama Islam. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kemudian, apakah itu semakin mempersatukan atau memencilkan mereka menurutmu?
Selain itu aku juga tahu ada sepupu dari turunan ayahku (Cina Bangka) yang telah memeluk Islam. Jadi kalau dihitung-hitung banyak juga sebenarnya saudara-saudaraku yang beragama Muslim.
Coba teliti pohon keluargamu, adakah warna agama sudah tidak sesuai dengan agama awal? Kalau kau generasi ke-3 atau ke-4 kau masih bisa menelitinya lebih akurat. Satu keluarga inti terdiri beberapa agama bagi beberapa suku Jawa merupakan contoh yang sangat biasa. Akhir-akhir ini kita mendengar ada kelompok yang ingin mengacaukannya seperti kasus yang kami dalami seorang bapak Muslim yang selama ini sangat mendukung istri dan anak non Muslim menjalankan agamanya tiba-tiba jadi berbalik 180 derajat intoleran sampai melakukan intimidasi.
Dari semua informasi ini, atas nama jiwa-jiwa yang telah mengalami kekerasan agama dan kepada para pelaku sadarilah bahwa tubuh kalian saja tidak mampu kalian perjuangkan apalagi mengurus agama dari generasi ke generasi, dalam pohon keluarga kalian mungkin ada daunnya yang kalian anggap telah gugur dan telah berganti warna, tetapi kalau mereka hidup dalam akhlak dibandingkanmu surga milik mereka neraka bagian kalian.
PENTING! SEMUA INFORMASI SITUS DILINDUNGI UU. LIHAT SYARAT & KETENTUAN PEMAKAIAN
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.